Ilmuwan AS Kembangkan Vaksin untuk Basmi Virus Ebola

VOA News: Sains dan Kesehatan
VOA News: Sains dan Kesehatan
Ilmuwan AS Kembangkan Vaksin untuk Basmi Virus Ebola
Dec 14th 2011, 21:40

 Rabu, 14 Desember 2011

Ilmuwan Amerika telah mengembangkan vaksin baru untuk melawan virus Ebola yang mematikan. Vaksin baru ini besar kemungkinannya tetap ampuh meskipun setelah disimpan selama bertahun-tahun.

Transmisi mikrografi elektron berwarna (TEM) memperlihatkan sebagian bentuk dan struktur virus Ebola.

Foto: CDC

Transmisi mikrografi elektron berwarna (TEM) memperlihatkan sebagian bentuk dan struktur virus Ebola.

Ebola merupakan salah satu virus yang paling mematikan. Virus ini menewaskan sembilan di antara 10 orang yang terinfeksi. Adanya kemungkinan Ebola digunakan sebagai senjata biologis telah memacu riset untuk membuat vaksin.

Beberapa vaksin percobaan telah dikembangkan dari virus Ebola sendiri. Tapi karena kekuatan virus itu menurun seiring dengan waktu, vaksin yang berasal dari virus-virus harus disimpan pada suhu yang sangat dingin dan biayanya bisa sangat mahal. Karena vaksin-vaksin itu  menggunakan virus Ebola yang sebenarnya  ada pula keprihatinan  mengenai keamanannya.

Karena keprihatinan itu, para periset di Arizona mengupayakan cara yang berbeda. Idenya adalah menggerakkan sistim kekebalan tubuh agar  meningkatkan pertahanan terhadap Ebola dengan membuat vaksin yang bahannya berasal dari permukaan virus itu. Ilmuwan Melissa Herbst Kralovetz dari Arizona University menjelaskan, "Kami mengambil protein-protein yang mencuat dan membentuk tonjolan-tonjolan pada virus itu. Kami menyebut protein itu gylcoproteins dan kami masukkan ke dalam antibodi."

Periset lainnya Charles Arntzen dari Arizona University mengatakan partikel protein antibodi itu melekat satu sama lain membentuk "kekebalan Ebola" seperti sebuah "gumpalan."

Untuk membuat bahan antibodi glycoprotein, ilmuwan menggunakan proses pembuatan yang tidak lazim. Mereka memulainya dari DNA yang mengandung instruksi-instruksi untuk membuat protein yang mencuat di permukaan virus Ebola, memasukkannya ke dalam bakteri dan kemudian mencelupkan tanaman tembakau ke cairan yang berisi bakteri itu. Arntzen mengatakan proses itu memprogram ulang sel-sel daun tembakau.

Melissa Herbst Kralovetz mengatakan vaksin eksperimen ini telah di uji pada tikus, yang terekspos virus Ebola yang hidup. Dikombinasikan dengan sebuah bahan yang sering ditambahkan untuk membuat vaksin-vaksin bekerja lebih baik, kata Melissa, empat dari lima tikus terlindungi dari virus Ebola.

Rekan Melissa, Charles Arntzen mengatakan vaksin itu bisa dikeringkan menjadi bubuk sehingga bisa tahan lama.

Langkah berikutnya sebelum mencobanya pada manusia adalah menguji vaksin itu pada monyet.

Riset tersebut dilaporkan online dalam "Proceeding of National Academy of Sciences.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post