kerusakan otak bisa menyebabkan epilepsi (Corbis)
VIVAnews - Dikenal dengan istilah ayan atau sawan, penyakit epilepsi sering dianggap sebagai penyakit menular. Penyakit ini juga sering dianggap sebagai penyakit kutukan dan dipandang negatif sebagai penyakit memalukan bagi keluarga.
Secara medis, epilepsi merupakan penyakit serius menahun yang berkaitan dengan saraf, atau gangguan aktivitas listrik di otak. Bisa menyerang anak-anak, orang dewasa, bahkan bayi yang baru lahir. Penyebabnya beragam, bisa akibat kerusakan otak ketika proses lahir, luka kepala, stroke, dan tumor otak.
"77 persen penyebab epilepsi tidak diketahui. Hanya 23 persen penyebab yang diketahui," ujar dr Lyna Soertidewi dari Departemen Ilmu Penyakit Saraf Universitas Indonesia di acara Seminar Media 'Mari Hapus Stigma Negatif Epilepsi
Spesialis Anak Dr Hardiono D Pusponegoro menyatakan bahwa penderita epilepsi bisa sembuh. Asal, terdeteksi dari awal. Gejala epilepsi umumnya berupa kejang, terkejut, bengong, dan kaku secara tiba-tiba dan berulang puluhan kali.
"Bisa sembuh total," ujarnya. "Sebenarnya, epilepsi seperti sakit biasa, jadi tidak perlu terlalu khawatir asalkan sadar untuk segera memeriksakan diri ke dokter dan patuh mengonusmsi obat."
Hanya sekitar 1 persen dari seluruh penyandang epilepsi di Indonesia yang mengalaminya akibat faktor genetika atau keturunan.
Epilepsi bisa dikendalikan dengan pola tidur cukup, hindari terlambat makan, hindari aktivitas fisik yang berlebihan, hindari stres dan hindari cahaya atau lampu berkedip. Minum obat anti epilepsi secara teratur sesuai anjuran dokter, juga bisa membantu menyembuhkan epilepsi.
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
Kirim Komentar
Anda harus Login untuk mengirimkan komentar