Menjadi Orangtua yang Berani Berbesar Hati

KOMPASfemale
KOMPASfemale
Menjadi Orangtua yang Berani Berbesar Hati
Dec 26th 2011, 04:54

KOMPAS.com - Seperti apa reaksi Anda ketika si kecil mulai protes dengan sikap Anda? Misalnya, saat si kecil bersiap berangkat ke sekolah, Anda berkali-kali memberitahunya untuk tidak lupa memakan bekal yang dibawanya, atau apa pun sikap Anda yang  berkesan "cerewet", lalu anak mengungkapkan reaksinya dengan berkata, "Iya ibu, cerewet deh".

Boleh jadi, Anda marah dan tak menerima sikap anak yang kesannya "membantah" orangtua. Atau, Anda justru bercermin, boleh jadi apa yang dikatakan si kecil ada benarnya, Anda memang terlalu "cerewet" dan itu menganggu bagi si kecil, membuatnya tak nyaman. Jika sudah merasa tak nyaman dengan orangtuanya, jangan heran jika si kecil tak lagi bersikap terbuka dan kedekatan Anda dengannya semakin berkurang.

Psikolog anak, Prita Pratiwi dari Biro Konsultasi Psikologi Dwipayana, Bandung mengatakan reaksi anak atas setiap tindakan orangtua seharusnya menjadi bahan introspeksi orangtua. "Reaksi anak bisa menjadi bahan instrospeksi," katanya kepada Kompas Female di sela Bebestar Night di Jakarta Convention Center, beberapa waktu lalu.

Orangtua perlu lebih sering melakukan introspeksi diri, mau bersikap jujur dan terbuka. Tak kalah pentingnya, orangtua juga mau berubah menjadi pribadi lebih baik lagi, yakni orangtua yang peduli dan berempati terhadap kebutuhan anak.

"Orangtua harus jujur dan terbuka, dan mau berkembang demi anak. Kalau anak bilang, 'ibu cerewet', waktunya untuk introspeksi dan berpikir kembali apa yang sebaiknya Anda lakukan," jelasnya.

Prita mengambil contoh, salah satu klien-nya mengakui bahwa sebagai orangtua, si ibu ini memiliki kelemahan. Ia menyadari di mana letak kekurangannya sebagai ibu, dalam mengasuh anak. Meski ia masih belum bisa mengubah sikapnya seratus persen, tapi ia tahu betul apa yang harus diubahnya, dan mau mencari tahu bagaimana cara mengubahnya, demi perkembangan si kecil.

Berbesar hati Tak semua orangtua menyadari kekurangan dalam dirinya, dan mau berubah. Kesulitan yang dihadapi sebagian besar orangtua adalah mencoba memahami, dan berempati, ketika persepsi anak berbeda dengan orangtua. Demi anak, kata Prita, orangtua perlu berbesar hati.

"Orangtua harus berbesar hati, bukan justru keukeuh dengan  pendapatnya, tapi dengan menyadari bahwa reaksi anak justru dapat membantu kita menjadi lebih baik lagi. Anak menjadi 'guru' tempat orangtua belajar, terutama dalam hal menyamakan persepsi orangtua dan anak yang ternyata tak mudah," jelasnya.

Komunikasi, interaksi positif orangtua-anak, berempati merupakan beberapa syarat penting yang juga harus dimiliki orangtua dalam mengasuh anak. Terutama dalam menghadapi anak-anak di era milenium, ketika mereka semakin terbuka, kritis, dan berani mengungkapkan ekspresinya.

Perlu dicatat, setiap anak adalah unik dan memiliki kebutuhan juga perkembangan yang tak sama satu dengan lainnya. Cara orangtua satu dengan yang lainnya dalam menyikapi perilaku anak, tentunya akan berbeda. Lagi-lagi, penting bagi orangtua untuk berbesar hati, menerima anak apa adanya, dan mengasuh serta mendampinginya dengan cara tepat, sesuai kepribadian dan kebutuhannya.

Bagaimana dengan Anda, ingin menjadi orangtua seperti apakah Anda dalam menyikapi tingkah laku si kecil?

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post