KOMPAS.com - Apresiasi terhadap batik semakin tinggi, apalagi sejak UNESCO menetapkannya sebagai salah satu warisan dunia. Masyarakat Indonesia tak hanya harus berbangga, namun juga perlu berkontribusi melestarikannya.
"Tak hanya orangtua, anak-anak juga harus melestarikan batik. Tak sekadar memakai batik tapi juga mengetahui proses pembuatannya," ungkap Ir Dr Indra Tjahjani SS,MLA, MMSI, pemerhati batik dari komunitas Mbatikyuuuk dalam acara Satu Batik Jutaan Jari diadakan Bodrexin di Warung Solo, Kemang, Sabtu (17/12/2011).
Berbagai pilihan hiburan di era modern, mungkin saja membuat anak melupakan budayanya, termasuk aktivitas yang erat kaitannya dengan tradisi. Berbagai pihak perlu menciptakan pilihan aktivitas untuk menanamkan kecintaan anak pada budaya bangsa, termasuk batik.
Memperkenalkan batik sejak dini berdampak luas bagi anak. Anak mulai belajar mengenal warisan budaya, perlahan lebih mencintainya, kemudian menghargai hasil karya bangsanya sendiri dengan juga turut melestarikannya.
Inilah sebab mengapa Bodrexin mengajak anak-anak Indonesia untuk bisa mengenal lebih dekat dan menghargai batik. Caranya bisa dibilang unik. Bodrexin mengajak anak-anak menciptakan desain batik dari sidik jari mereka melalui program 'Satu Batik Jutaan Jari'.
"Sidik jari mereka merupakan salah satu cara aktif dan cara termudah untuk bisa melestarikan batik. Dan semua sidik jari ini akan dikreasikan menjadi motif batik terbaru," ungkap Diana Theodora, product manager Bodrexin.
Untuk mendapatkan jutaan sidik jari anak-anak, Bodrexin berencana menggelar roadshow ke sejumlah sekolah di beberapa kota di pulau Jawa.
Setelah jutaan sidik jari ini terkumpul, Bodrexin bekerja sama dengan desainer Indonesia dan Amanda Purnomo Markie sebagai desainer batik termuda sekaligus desainer batik cilik dari Alleira.
Sebagai puncaknya, karya motif batik terbaru yang ditujukan khusus untuk anak-anak ini, akan diluncurkan pada tanggal 23 Juli 2012 bertepatan dengan Hari Anak Nasional.