Ibu hamil berjemur (inmagine)
VIVAnews - Pepatah kesehatan mengatakan 'You are what you eat'. Tetapi kesehatan masa depan akan lebih terjamin ketika pepatah tersebut didahului dengan 'You are what your mother's ate'. Fakta membuktikan bahwa kesehatan seseorang adalah sebuah siklus. Bayi yang lahir dari seorang ibu kekurangan gizi, akan tumbuh menjadi anak kurus dan sakit-sakitan. Sama juga dengan yang terlahir dari ibu kelebihan berat badan, akan tumbuh menjadi anak yang mudah sakit dan rentan obesitas.
Disebut Barker Hypothesis, kesehatan masa depan sangat terkait dengan kesehatan bayi ketika lahir dan keterikatan anak dengan sang ibu.
Ibu hamil yang tak mendapat asupan makanan cukup dan bergizi cenderung melahirkan bayi dengan berat kurang dari rata-rata, 2,5 kilogram ke bawah. Berdasar data Riset Kesehatan Dasar 2007, terdapat 11,5 persen anak lahir dengan berat kurang. Ini menjadi kekhawatiran besar untuk generasi masa depan.
Wanita hamil yang kekurangan gizi akan menyebabkan janin mengalami gangguan pembentukan organ, seperti pankreas. Jika fungsi pankreas terganggu, produksi hormon insulin pun terganggu. Kondisi ini yang kemudian mengakibatkan gangguan metabolisme glukosa.
"Ketika lahir, bayi terprogram menjadi orang dengan masalah metabolisme gula, yang resiten terhadap insulin, sehingga rentan terhadap penyakit gula darah dan sindrom metabolik, di mana perut tampak gemuk, tekanan darah tinggi, dan berisiko jantung," kata ahli gizi, Dr dr Saptawati Bardosono, MSc.
Dengan kata lain, ibu yang kurang gizi akan melahirkan anak yang kurang gizi. Dan jika kebiasaan ini tidak diatasi sejak awal, maka anak akan menghasilkan keturunan yang sudah terprogram dengan sistem kerja tubuh yang tidak sehat.
Sistem kerja organ sudah terprogram sejak masih janin. Sistem ini memengaruhi pertumbuhan otak, organ tubuh, serta metabolisme yang berhubungan dengan hormon. "Ibu kurang gizi akan memberikan asupan nutrisi yang buruk pada plasentanya sehingga janin akan beradaptasi dengan gizi yang sedikit dan menurunkan fungsi metabolismenya. Adaptasi ini terus berjalan jika tidak diubah."
Kondisi ini menjadi salah satu penyebab meningkatnya angka kematian akibat penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, dan diabetes. Berdasar hasil Riset Kesehatan Dasar 2007, terdapat peningkatan signifikan kasus dari 28 persen menjadi 52 persen dalam satu dasawarsa. Bobot Bayi Bermasalah Jika sudah terlanjur melahirkan anak dengan berat badan rendah, segera ubah adaptasi sistem tubuhnya. "Anda harus mengejar ketinggalannya tapi tidak boleh berlebihan, tergantung dari adaptasinya terhadap asupan nutrisi," ucapnya.
Adaptasi hendaknya dilakukan pada 24 bulan pertama, karena masa tersebut adalah masa pertumbuhan cepat pertama pada anak. "Jika adaptasi terhadap makanan dilakukan setelah 24 bulan pertama, anak akan lebih sulit beradaptasi dengan sistem kerja tubuhnya yang barui karena kerusakan sudah menetap."
Namun, adaptasi tersebut tidak dapat dilakukan dengan cepat. Karena jika justru akan membuat anak tumbuh pendek dan gemuk. "Ini karena hanya menggemukkan sel-selnya saja. Jika dilakukan secara perlahan, berat badan mereka akan naik perlahan lalu mereka akan beradaptasi, begitu seterusnya."
Lalu, bagaimana dengan bayi yang lahir dengan berat badan berlebih?
"Bisa lebih parah. Ia memiliki masalah terhadap hormon insulinnya sehingga tidak mampu memetabolisme glukosa. Anak ini bisa langsung menderita diabetes melitus yang dekat dengan penyakit jantung dan kardiovaskular," ujarnya.
Tapi, menurutnya, pemberian asupan pada anak yang terlahir obesitas, lebih dari 3,5 kg, tidak boleh dibatasi. "Kami khawatir kalau mendietkan, akan mengganggu tumbuh kembangnya. Jangan berikan asupan secara berlebihan. Berikan porsi yang normal, jangan berikan terlalu banyak lemak."
Melahirkan bayi dengan berat badan lebih atau kurang dapat dilihat dari status gizi ibu sebelum hamil. "Sebelum hamil, pastikan mengukur berat badan karena setelah hamil Anda tidak dapat mengukur status gizi Anda," ujarnya.
Siapkan Kehamilan Melihat persoalan itu, sangat penting bagi setiap wanita untuk menjaga kesehatannya sedini mungkin. "Wanita harus mempersiapkan tubuhnya sejak remaja (pubertas), jika ingin mendapatkan keturunan yang berkualitas," ujar dr. Saptawati.
Masa remaja adalah masa pertumbuhan cepat kedua yang dialami oleh manusia. Pada masa itu, remaja putri mengalami haid, organ-organ peranakannya mulai berkembang, begitu pula dengan kelenjar-kelenjar payudara yang nantinya berfungsi untuk memproduksi ASI.
Untuk mengetahui status gizi, Anda dapat mengukur dengan berat badan - 100 atau 110. Atau, dengan rumus IMT = Berat Badan (kg) / (Tinggi Badan (cm)/100)².
Klasifikasi 17 hingga 18,5 termasuk gizi kurang, 18,5 hingga 25 termasuk gizi baik, dan 25 hinga lebih dari 27 termasuk gizi berlebih.
Jika malas berhitung, Anda dapat mengukur lingkar lengan atas. Jika sudah 23 cm atau lebih, tandanya Anda sudah siap untuk hamil karena cadangan energi Anda sudah cukup memberikan anak Anda asupan gizi.
Namun, perlu diingat bahwa tak hanya status gizi yang harus dipersiapkan ibu. Tetapi juga, kandungan asam folat dalam tubuh yang sangat penting bagi pertumbuhan janin. "Persiapan asam folat pada tubuh sangat penting dipersiapkan sebelum hamil karena fungsi asam folat akan percuma jika diberikan setelah mengandung," ujarnya.
Karenanya, selalu mengonsumsi makanan bergizi dan hidup sehat jika ingin memiliki keturunan yang berkualitas. Tak hanya itu, lakukan tes pra nikah dan konsumsi suplemen yang mengandung asam folat setelah menikah agar rahim Anda selalu siap untuk mengandung sang buah hati.
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
Kirim Komentar
Anda harus Login untuk mengirimkan komentar