Senin, 26 Desember 2011 | 18:01 WIB
TEMPO.CO, Jakarta-Di pengujung tahun seperti sekarang dengan udara yang sulit ditebak, sebentar panas lalu dingin. Tak pelak lagi ancaman penyakit muncul seperti batuk yang sering melanda dalam situasi pancaroba begini. Namun ketika kita menderita penyakit ini cara mudah yang sering dilakukan adalah minum obat warung berupa sirup obat batuk dengan rasa manis. Seperti sebuah sugesti, setelah minum obat sirup ini kita merasa lebih baik dan seketika mampu meredakan batuk yang menyerang. Namun benarkan demikian? Apakah setelah kita benar-benar sudah minum obat batuk sirup langsung hilang seketika?
Batuk memang dapat berlama-lama diderita bahkan bisa bertahan hingga mingguan dan bulanan. Akibatnya menderita batuk membuat saluran napas terganggu, tenggorokan meradang karena virus dingin, lendir dan dahak yang selalu menetes pada bagian belakang tenggorokan. Solusi yang digunakan sering kali dengan memakai obat batuk sirup. Pemakaian obat ini dianggap mampu menekan batuk karena mengandung pholcodeine atau dekstrometorfan yang berfungsi memberitahu otak untuk mengentikan refleks batuk.
Namun tidak disadari ketika minum sirup obat batuk dapat membuat seseorang pusing, mengantuk dan cepat lelah. Apabila kondisi Anda berada di tempat tidur, minum obat sirup begini sangat melegakan, tetapi akan berakibat tidak begitu baik apabila Anda dalam keadaan mengemudi. Karena ekspektoran yang membantu meredakan dahak mengandung guaifenesin yang justru akan menyiksa Anda merasa sakit, mengantuk dan sakit kepala.
Memang beberapa obat batuk sirup sering mengandung antihistamin, yang bertujuan untuk meredam alergi tipe gejala pilek, dengan menghentikan mata dan hidung ketika berjalan. Namun mereka juga dapat membuat Anda mengantuk, berhalusinasi dan membuat dada berdebar-debar. Bahkan efek samping lainnya tanpa disadari tidak ada jaminan bahwa obat batuk akan menghentikan Anda dari batuk, meskipun meskipun mungkin sepintas membuat Anda jatuh tertidur.
Nah, berdasarkan beberapa penelitian memaparkan tentang pemakaian obat batuk sirup yang tidak terbukti melegakan atau meredakan batuk. Pada tahun 2009, Komisi Obat Manusia (CHM) mengatakan bahwa batuk dan sirup dingin dengan jenis bahan tidak boleh diberikan kepada anak di bawah usia enam tahun, sebab risikonya lebih besar dibanding manfaatnya.Justru pemberian obat batuk ini membuat cepat lelah dan terkadang diserang rasa mudah mengantuk.
Obat batuk sirup umumnya mengandung kodein yang harus dihindari anak-anak dan dewasa yang berpengaruh terhadap metabolisme tubuh. Pada sebuah penelitian yang dilakukan Kelompok Infeksi Pernapasan Akut Cochrane memaparkan obat batuk sirup dianggap memiliki kualitas rendah dengan hasil yang bertentangan untuk sembuh atau pulih.
HADRIANI P | GUARDIAN | HEALTY LIFE