Beberapa model memperagakan baju karya perancang Prancis Sonia Rykiel dan putrinya Nathalie Rykiel dalam pertunjukan fashion Spring-Summer 2009 Ready-to-Wear di Paris Prancis, Kamis 02/10/08. (AP Photo/Thibault Camus)
Selasa, 10 Januari 2012 | 18:17 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Penutur bahasa Prancis harus siap-siap dengan perkembangan istilah terbaru dari negeri asal Menara Eiffel. Berawal dari Cesson-Sévigné, sebuah kawasan di pinggiran Rennes, Prancis telah melarang penggunaan titel mademoiselle (nona) dalam semua formulir pemerintahan mulai 1 Januari 2012.
Penghapusan titel mademoiselle tersebut berawal dari gerakan dua kelompok feminis di Prancis. Osez la Féminisme (Tantangan Feminisme) dan Les Chiennes de Garde (Para Pengawas) yang berkampanye untuk menghapus titel tersebut dari formulir pemerintahan dan dokumen bisnis.
Sebenarnya ada apa dengan mademoiselle? Terdengar sebuah kata yang sopan, meski memang tidak cantik. Mademoiselle diturunkan dari kata damsel atau nona kecil dan biasanya digunakan untuk sebutan nona. Tapi ternyata kata tersebut dianggap dua kelompok feminis bernilai seksis dan merendahkan karena membedakan perempuan yang sudah menikah dengan yang belum.
Adapun untuk pria hanya ada satu titel, yaitu monsieur atau Tuan. Sebenarnya ada titel untuk pria yang belum menikah dalam bahasa Prancis, yaitu damoiseau. Tapi titel tersebut sudah lama hilang.
Maka, mademoiselle yang berasal dari kata perawan dinilai hanya akan memberikan cap konotasi bagi pemakainya. Sebab, perempuan yang memakai gelar mademoiselle diangggap muda, naif, dan mungkin tidak seserius yang mendapat gelar madame atau nyonya. Kesan tersebut muncul di lingkungan kerja maupun di situasi formal lainnya.
Dewan Kota pun mengeluarkan pernyataan bahwa penghapusan mademoiselle merupakan bagian penghilangan diskriminasi. Tetangga Prancis, Jerman, pun sudah sejak 1972 menghapuskan gelar fräulein bagi perempuan yang belum menikah. Jadi, kini setiap perempuan di Prancis adalah madame, bukan?
TIME|DIANING SARI