KOMPAS.com - Selama ini, banyak orang menganggap bahwa kaum pria tidak perlu khawatir soal usia menikah dan punya anak. Sebab, masalah jam biologis dan tingkat kesuburan itu lebih banyak dialami oleh wanita, yang punya "tenggat waktu" hingga usia 35 tahun. Setelahnya, wanita akan menghadapi risiko lebih besar untuk memiliki anak. Ternyata, hal ini tidak sepenuhnya benar.
Belakangan ini ada banyak bukti yang memperlihatkan bahwa sebenarnya para pria juga memiliki jam biologisnya sendiri. Hanya saja, mereka mungkin tidak memahaminya atau malah mengabaikan fakta ini. Banyak pria tetap berpegangan, selama jumlah sperma yang dimiliki tetap banyak, mereka akan mampu memiliki anak hingga usia berapa pun. Namun, lain pendapat Zita West, ahli fertilitas. "Kuantitas tidaklah menunjukkan kualitas. Selama 50 tahun terakhir, jumlah rata-rata sperma pria telah mengalami banyak penurunan, dari sekitar 113 juta per ml, menjadi 70 juta per ml," katanya. "Tidak hanya itu. Persentase sperma yang diproduksi dengan abnormalitas juga telah meningkat hingga 12 kali lipat."
Itu berarti, pria masa modern mengalami masalah baik dalam kuantitas maupun kualitas sperma, sejalan dengan pertambahan usia. Selain hal ini berpengaruh pada masalah infertilitas pada pasangan, kualitas sperma yang buruk juga dapat menjadi faktor utama penyebab keguguran dan masalah perkembangan pada bayi. "Menurunnya tingkat kesuburan pria terjadi pada usia 35. Sebanyak 15 persen pria akan butuh waktu lebih dari setahun untuk bisa memiliki anak," kata Dr Sue Ingamells, seorang konsultan di bidang obstetri dan ginekologi.
Penyebab turunnya tingkat kesuburan pria juga dapat dipengaruhi oleh paparan radikal bebas dari pola hidup sehari-hari. "Untuk itu, pria butuh perbaikan pada pola hidup, nutrisi, serta level antioksidan, agar dapat menangkal kerusakan akibat radikal bebas," kata West. Kebiasaan baik yang dapat meningkatkan antioksidan dalam tubuh antara lain adalah tidak merokok, minum alkohol, serta menyantap makanan yang diproses.
Sumber: NineMSN