KOMPAS.com - Pekan lalu di Sentul International Convention Center, penyanyi Katy Perry tampil atraktif dengan kostum aneka warna. Salah satunya adalah gaun pendek putih dengan aksen permen lollipop merah muda yang bisa berputar. Kostum yang disiapkan sendiri oleh tim penyanyi asal California, Amerika Serikat, ini menjadi bagian dari dunia lollipop yang menjadi tema dan latar belakang panggung.
Di panggung internasional lainnya, nama Lady Gaga dikenal karena kebiasaannya mengenakan kostum-kostum aneh. Pelantun lagu Bad Romance ini pernah mengenakan bustier dengan kembang api di bagian dada saat tampil di salah satu ajang penghargaan musik tahun 2009. Lady Gaga juga pernah memakai gaun yang terbuat dari balon-balon plastik saat menggelar tur The Fame Ball 2009. Pada tahun 2010, dalam ajang MTV Video Music Awards, penyanyi bernama asli Stefani Joanne Angelina Germanotta ini tampil menggemparkan dengan gaun yang terbuat dari potongan daging.
Di Indonesia memang tak ada penyanyi yang senekat Lady Gaga. Namun, kehadiran para perancang busana, terutama perancang busana muda, telah memberikan warna pada pertunjukan para penyanyi ini, baik di acara off air maupun on air.
Kompromi Merancang kostum panggung untuk para penyanyi sama artinya dengan menggabungkan idealisme antardua seniman. Proses kompromi sering kali terjadi di antara mereka.
"Terkadang memang ada artis yang membawa ide, yang menurut sudut pandang saya sebagai desainer sebenarnya kurang cocok. Kalau hal ini terjadi, kami harus diskusi," kata perancang Imelda Ahyar atau yang lebih dikenal dengan nama Mel Ahyar.
Untuk mendapat hasil terbaik, perancang muda Tex Saverio juga berpendapat, idealisme antara perancang busana dan penyanyi harus saling menopang. "Jangan sampai salah satu mendominasi," ujar perancang yang biasa disapa dengan nama Rio ini.
Mel, yang sudah lima tahun berpengalaman bekerja sama dengan artis, melakukan beberapa tahap "perkenalan" dengan kliennya yang seorang artis sebelum membuatkan baju untuk dikenakan di panggung. Perancang lulusan sekolah mode Esmod Paris ini memulai dengan mencari tahu konsep pertunjukan, gaya, dan citra yang ingin ditunjukkan saat berada di panggung.
Hal serupa dilakukan Jeffry Tan. Ketika mendesain kostum panggung untuk konser "Swara Sang Dewi" Titi DJ, Januari 2011, Jeffry harus menyesuaikan busana rancangannya dengan konsep empat elemen bumi, yaitu tanah, air, api, dan udara, serta nuansa hutan yang penuh warna.
"Untuk elemen udara misalnya, saya memakai warna biru dan putih. Karena di segmen itu Titi juga menari jaipongan, saya membuat desain yang diadaptasi dari kebaya dengan celana model sarung," kata Jeffry.
Selain konsep panggung, hal lain yang menjadi perhatian Jeffry, Mel, dan Rio adalah tata panggung, tata cahaya, koreografi, hingga jenis lagu. "Karena berbeda tata panggung, cahaya, ataupun jenis lagu, beda pula konsep kostumnya," kata Mel.
Mel memberikan contoh ketika dia mendesain busana model bustier yang dipadukan dengan celana ketat dan sepatu bot untuk Anggun dalam konser Kilau Anggun, November 2011, di Jakarta Convention Center. "Waktu itu, saya diminta mendesain kostum untuk lagu-lagu Anggun yang bernada cepat. Bajunya harus nyaman dipakai untuk loncat-loncat. Karena Anggun selalu berinteraksi dengan penonton, detail bajunya juga harus terlihat," kata Mel.
Konsep ini berbeda ketika Mel mendesain kostum untuk penyanyi yang akan tampil di TV. "Untuk acara televisi biasanya dilengkapi lampu yang sangat terang, jadi tidak cocok untuk warna-warna lembut. Selain itu, detail yang rumit juga kurang cocok karena kamera biasanya mengambil sudut pandang yang jauh. Jadi, lebih baik saya membuat baju-baju bervolume," ujarnya.
Nyaman Meski desainer sering kali memiliki fantasi "liar" tentang rancangan busananya, Mel tak keberatan ketika kliennya yang seorang penyanyi memintanya membuat desain sederhana. "Saya merasa berhasil membuat baju untuk penyanyi kalau dia merasa nyaman saat memakainya," kata Mel.
Prinsip yang sama juga diterapkan Rio ketika mendesain gaun pendek bernuansa emas untuk Anggun. Perancang yang salah satu busananya dikenakan Lady Gaga di sampul depan Harper's Bazaar ini berpendapat, rancangannya harus bisa menampilkan karakter khas si pemakai tanpa membuatnya "tertutup" oleh kostumnya.
"Jangan sampai baju tersebut terlihat lebih dominan karena semestinya si pemakai itulah yang menjadi daya tarik. Sementara kostumnya sendiri memberikan nilai tambah estetika. Kostum yang berhasil menurut saya akan membuat si pemakai semakin berkarakter," kata Rio.
(Yulia Sapthiani)
Sumber: Kompas Cetak