Jakarta Fashion Week 2012 (VIVAnews/ Muhamad Solihin)
VIVAnews - Industri fashion Indonesia sedang menggeliat. Jika penghujung tahun 2011 lalu, dunia fashion ditutup dengan Jakarta Fashion Week, tahun 2012 ini akan dibuka dengan Indonesia Fashion Week 2012.
Bukan hanya sekadar ajang pamer kreativitas para desainer, ajang ini bahkan diharapkan dapat menjadi pintu gerbang Indonesia sebagai pusat mode Asia bahkan dunia.
Digagas oleh Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI), IFW dirancang agar bisnis dalam industri fashion semakin berkembang. Menurut Dina Midiani, desainer sekaligus director Indonesia Fashion Week 2012, pengalaman APPMI dalam mengikuti beberapa ajang serupa dirasakan belum dapat memberikan konstribusi yang cukup untuk meraih visi dan misi asosiasi ini ke depan.
"Pemerintah sudah menargetkan akan menjadikan Indonesia sebagai pusat mode Asia di tahun 2015, dan di 2025 sebagai pusat mode dunia. Jadi, kita sebagai asosiasi harus melakukan sesuatu yang nyata agar hal ini dapat terwujud," paparnya.
Akan tetapi, jangan dipikir ajang fashion week ini sama dengan ajang fashion week yang lain yang hanya sebagai ajang pamer kreativitas. Justru pagelaran busana dari 200 desainer hanya sebagai salah satu pelengkap dari keseluruhan acara. Karena, ajang ini lebih menitikberatkan pada pameran dagang yang akan melibatkan 400 brand lokal.
"Kita berharap IFW bisa menjadi payung tren mode di Indonesia dengan merancangnya sebagai pameran dagang yang business to business, bukan retail," ujarnya.
Namun, karena masih memperkuat fondasi, di tahun pertama IFW masih menjalankan program retail. Di tahun kedua, tim menargetkan akan menguasai pasar lokal. Sedangkan, di tahun ketiga IFW akan beranjak dari retail ke B to B. "Kita juga di tahun ketiga bisa mengadakan event ini setahun 2 kali dengan koleksi spring/summer, autumn/winter."
Dengan membawa konten lokal sebagai highlight tren mode tahunan di Indonesia, diharapkan Indonesia nantinya akan memiliki tren-nya sendiri tanpa harus berkiblat pada tren dari pusat mode dunia lainnya. "Jadi, brand-brand lokal nantinya akan memiliki benang merah yang sama dari koleksi-koleksi terbarunya."
Dirasakan tim IFW, tahun pertama adalah saatnya mereka memantapkan fondasi. Karenanya, mereka masih harus memersiapkan 'pemain' di industri ini.
"Kita belajar dari Bali Fashion Week, kesulitannya itu adalah mempersiapkan pemain. Ini seperti telur dan ayam, kalau pesertanya belum siap tidak akan ada buyer, kalau sudah siap apakah akan ada banyak buyer mengingat masyarakat lebih memilih belanja produk luar dibanding produk dalam negeri. Jadi, dua-duanya harus dipersiapkan."
Untuk itu, ia menambahkan, selain mempersiapkan penggeliat bisnis ini untuk memproduksi busana ready to wear yang siap dipasarkan ke pasar global dengan standar internasional, IFW pun ingin mengubah mindset masyarakat Indonesia yang lebih bangga dengan produk-produk luar negeri. "Jangan sampai kita hanya jadi target pasar."
Karena Indonesia memiliki 'harta karun' budaya yang begitu banyak, konten lokal inilah yang bisa menjadi nilai tambah produk fashion Indonesia. "Kekhasan ini bisa menjadi nilai tawar produk fashion kita namun kita kemas dalam gaya global sehingga bisa menjadi tawaran baru di dunia mode internasional," kata desainer ini yang kerap menggunakan kain-kain tradisional sebagai material koleksi busananya.
Ajang ini memang bisa dibilang sebagai ajang pembinaan. Selain diisi dengan pameran dagang untuk mengenalkan brand-brand lokal kepada masyarakat, fashion show sebagai inspirasi, juga diadakan seminar tentang branding dan tren, serta lomba bagi pemain pemula agar mereka tahu memasarkan produk dan harga yang pantas pada produk mereka.
Meski berlangsung selama empat hari, ajang ini akan terus melakukan pembinaan dalam roadshow keliling daerah untuk mensosialisasikan program-program IFW, mengajak para peserta mengenal budaya di daerah, dan melakukan pembinaan di daerah.
Hal ini dilakukan bukan tanpa sebab. Mengembangkan industri fashion ke kancah internasional tentu tak hanya dapat dilakukan dalam empat hari. Agar produk-produk fashion Indonesia berstandar internasional, harus dibuat sentra-sentra produksi di setiap daerah untuk menjaga ketersediaan barang. Karenanya IFW akan bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) untuk menyiapkan fasilitas dan pelatihan sumber daya manusia. Modalnya diharapkan bantuan dari kementerian koprasi. Setelah produk jadi, menjadi tugas dari perdagangan untuk mengatur strategi bisnisnya.
"Jika kita sudah menguasai pasar-pasar lokal dengan masuk ke mal-mal dan departement store, kita bisa lompat ke Asia, lalu ke dunia," paparnya.
Rangkaian IFW 2012 akan diisi dengan pameran dagang dari 400 brand lokal, 4 fashion show besar, 5 fashion show kecil setiap harinya, kompetisi, serta seminar pada 23-26 Februari 2012 di Jakarta Convention Center. (umi)
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
Kirim Komentar
Anda harus Login untuk mengirimkan komentar