Senin, 09 Januari 2012 | 12:35 WIB
TEMPO.CO- Jika tahun 2012 Anda berencana memasukkan jalan kaki dalam jadwal olahraga rutin, sebaiknya Anda ganti dengan joging. Mengapa? Studi terbaru yang dimuat dalam jurnal Proceeding of National Academy of Sciences menyebutkan berlari perlahan lebih efektif daripada jalan cepat.
Sebab berlari dengan kecepatan dua meter per detik membantu otot bekerja lebih efisien. Gerakan ini juga membantu momentum pelepasan otot, sehingga meningkatkan energi dan stamina.
Peneliti dari Amerika menggunakan ultrasound untuk memindai otot orang yang berjalan di treadmill. Tujuannya melihat bagaimana perbedaan posisi saat berjalan kaki dan berlari. Hasilnya, otot gastrocnemius saling menyesuaikan saat berjalan dan berlari dengan berbagai kecepatan.
Penelitian ini juga menemukan bahwa bagian dari otot betis berfungsi sama dengan kopling mobil yang memungkinkan berpindah gigi. Otot bekerja saat kita mulai bergerak, memegang ujung tendon saat energi tubuh ditransfer dalam peregangan.
Tim peneliti dari North Carolina State University mengungkapkan bahwa berjalan cepat menyebabkan otot bekerja lebih keras, tapi memberikan lebih sedikit energi. Artinya berjalan cepat tidak efisien sekaligus menurunkan stamina. Sebaliknya joging dengan kecepatan sekitar dua meter per detik mendorong otot, membuatnya lebih lambat, memberikan tenaga lebih besar meski tidak bekerja terlalu keras.
Dr. Gregory Sawicki, salah seorang peneliti, mengatakan temuan ini menunjukkan olahraga berjalan cepat kurang digemari. "Selain para pejalan cepat dalam Olimpiade, orang umumnya lebih nyaman untuk berlari ketimbang berjalan ketika mulai bergerak sekitar dua meter per detik, atau 4,5 mil per jam," katanya seperti dikutip Daily Mail. Sawicki menambahkan, "Otot tidak bisa mencapai kecepatan saat berjalan cepat. Namun ketika Anda mengubah gaya berjalan dan beralih menjadi berlari, otot yang sama menjadi lebih statis dan tidak mengalami perubahan."
DAILY MAIL | ARBA'IYAH SATRIANI
.png)
