Ryan (kiri) beraksi sebagai model iklan (Daily Mail)
VIVAnews - Dengan rambut pirang menjuntai dan mata biru, Ryan terlihat santai berpose di depan kamera. Dia terlihat nyaman menampilkan baju-baju keluaran terbaru dalam iklan pakaian anak-anak merek Target.
Meski sekilas tak terlihat perbedaan dengan beberapa model cilik lainnya, bocah enam tahun ini didiagnosis menderita sindrom Down.
Sindrom Down adalah kelainan kromosom, yaitu bayi yang memiliki tiga salinan kromosom 21. Gejalanya bervariasi, namun orang dengan sindrom Down memiliki karakteristik wajah yang sama, memiliki IQ rendah, dan cacat intelektual. Dengan dukungan dari orang di sekitarnya, banyak penderita Sindrom ini lulus sekolah dan memiliki pekerjaan.
Penderitanya berisiko tinggi mengalami cacat jantung, penyakit gastroesophageal, gangguan pendengaran, apnea, masalah tiroid, dan obesitas. Sindrom Down berlaku pada satu dari 733 kelahiran dan meningkat pada usia yang lebih tua. Sindrom ini dapat dideteksi saat kehamilan atau setelah bayi lahir.
Meski bukan pertama kalinya Ryan tampil sebagai model, perusahaan ritel ini mendapat pujian karena memilihnya sebagai model. Perusahaan tidak hanya menggunakan Ryan sebagai model utama, namun juga tidak mempublikasikan proses casting-nya.
Sebuah blog bernama "Noah's Dad" yang ditulis seorang ayah dari anak lain yang menderita sindrom Down, menyebut model iklan oleh anak yang mengalami sindroma ini memberi dampak signifikan.
Dia menulis, "Ini bukan katalog 'pakaian khusus bagi orang khusus'.Tidak ada kata dalam halamannya yang menyatakan bahwa Target dengan bangga memperkenalkan model Sindrom Down di iklan minggu ini."
Ayah ini menambahkan, "Dengan kata lain, mereka tidak membuat perbedaan karena sindrom itu. Saya menyukainya," tulisnya seperti dikutip Daily Mail.
Menurut dia, tindakan perusahaan ritel Target itu mengirim sebuah pesan positif tentang Sindrom Down. Baginya, sangat penting bagi organisasi sengaja mencari cara-cara kreatif untuk membantu mempromosikan inklusi, bukan eksklusi. "Bukan hal kebetulan bahwa Target menggunakan model dengan sindrom Down dalam iklan ini. Itu adalah keputusan yang disengaja."
Dia menambahkan, perusahaan tidak harus menarik perhatian bahwa mereka bersikap inklusif agar orang menyadari dukungan mereka terhadap penyandang cacat. Kenyataannya, justru dengan tidak membesar-besarkannya, akan lebih menunjukkan dukungan bagi masyarakat berkebutuhan khusus.
Ungkapan dalam blog ini mengundang perhatian ibu Ryan, yang mengakui menjadi model iklan memberi dorongan positif pada buah hatinya. "Kami sangat senang Nordstrom (produsen ritel) menampilkan Ryan di katalog mereka," tulisnya mengomentari blog Noah's Dad.
Seluruh proses Ryan yang diminta menjadi model memberi rasa percaya diri kepada anaknya. "Dia menerima begitu banyak kehangatan dan kepedulian dari kru Nordstrom. Itu membuatnya berpikir mereka hanya untuknya."
Dukungan swasta membuat komunitas dan orang tua anak-anak dengan sindrom Down bangga. "Dia adalah anak yang indah luar dalam. Dia membuat kami, orang tuanya dan keluarga lebih baik."
Pada awal tahun, seorang balita dengan Sindrom Down, Taya Kennedy, juga memberi dampak positif yang luas pada dunia modelling. Balita 16 bulan ini diminta menjadi model salah satu agen di Inggris. (art)
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
Kirim Komentar
Anda harus Login untuk mengirimkan komentar