Liputan6.com, Washington: Tim ilmuwan yang meneliti virus flu burung memutuskan menunda penelitian terkait kekhawatiran virus tersebut akan digunakan para teroris. Dalam sebuah pernyataan yang dimuat dalam jurnal ilmuah,
Sience and Nature, tim meminta agar digelar forum forum internasional untuk membahas risiko dan kegunaan dari penelitian mereka.
Menurut laman bbc.co.uk, penundaan penelitian akan berlangsung selama dua bulan sambil menunggu diskusi berlangsung. Dalam laporan tersebut disebutkan perdebatan atas penelitian mengenai hal tersebut akan dibahas dalam pertemuan dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO), Februari mendatang.
Sebelumnya, pihak berwenang Amerika Serikat meminta ilmuwan untuk melakukan penyuntingan secara rinci terkait penelitian yang akan diterbitkan. Hal ini disebabkan kekhawatiran bila data tersebut kelak digunakan para teroris.
Bila jurnal ilmiah internasional tersebut menerbitkan laporannya dalam bentuk yang telah diedit, maka pemerintah Amerika Serikat akan bekerjasama guna menjamin data itu hanya dapat diakses oleh ilmuwan yang bertanggung jawab.
Virus flu burung atau H5N1 menjadi virus mematikan bila manusia terinfeksi, namun sejauh ini dampaknya masih terbatas karena tidak menular dari manusia ke manusia.
Tim peneliti gabungan dari Universitas Erasmus, Belanda, dan Universitas Wisconsin-Madison, Amerika Serikat, telah menemukan virus H5N1 bisa menular lebih mudah di antara musang, yang tergolong hewan mamalia.
Bagaimanapun para ahli keamanan biologi khawatir virus yang sudah diubah tersebut bisa memicu wabah yang lebih mematikan dibanding pada masa flu Spanyol tahun 1918-1919, yang menewaskan sampai 40 juta jiwa di seluruh dunia. (MEL)