Liputan6.com, Pamekasan: Arman, warga Desa Akkor, Kecamatan Palengaan, Pamekasan, Madura, Jawa Timur, terpaksa mengemis untuk biaya pengobatan anaknya yang menderita hydrocephalus. Setiap hari dia datang ke tempat ramai dan duduk di depan pusat perbelanjaan dengan membawa anaknya, Marwah, dengan harapan mendapatkan uluran tangan dari warga yang melintas di sana.
Minggu (29/1), Arman datang ke Pasar Kolpajung dan duduk di pintu masuk pasar itu sambil menggendong anaknya. "Saya membawa anak saya ini bukan untuk dikomersilkan, tapi untuk biaya kontrol ke Surabaya," katanya menuturkan.
Dalam seminggu, Arman harus mengontrol anaknya ke rumah sakit di Surabaya dengan biaya mencapai Rp 270 ribu untuk sekali kontrol. Bagi dia, jumlah uang seperti itu sangatlah banyak. Apalagi dirinya hanya buruh tani. Untuk bisa makan saja, dirinya sangat susah.
Arman sebenarnya bukan warga asli Pamekasan. Ia merupakan warga perantauan, asal Sunda, Jawa Barat. Di Pamekasan, diaberkeluarga dengan warga asal Pakong bernama Fatimah.
"Di Akkor saya ngontrak, karena dekat dari kota. Selain menjadi buruh tani, kadang saya juga menjadi tukang becak," katanya, seperti ditulis Antara.
Ia menjelaskan, sebenarnya dirinya sudah pernah mengobati anaknya ke rumah sakit. Oleh pihak dokter sudah diperbolehkan pulang dengan dirawat jalan. "Tapi kami diminta rutin memeriksa anak kami ini, tiga minggu sekali. Dan biaya pemeriksaan mencapai ratusan ribu," katanya.
Arman mengaku, sebenarnya dirinya tidak biasa mengemis seperti itu. Namun karena tuntutan untuk memperjuangkan pengobatan anaknya agar bisa hidup, maka pekerjaan itu terpaksa dilakukan.(ULF)