Senin, 06 Februari 2012 | 16:18 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam British Medical Journal Annals of the Rheumatic Diseases menyimpulkan, rutin minum susu berdampak positif bagi penderita encok. Dijelaskan dalam penelitian ini, susu tanpa lemak yang diperkaya dengan dua bahan alami yang terdapat di produk susu dapat mengurangi frekuensi dan intensitas nyeri encok atau arthritis gout.
Penelitian yang menyertakan 120 penderita encok selama tiga bulan ini berhasil menganalisis frekuensi dan intensitas nyeri encok. Hasil penelitian ini menyebutkan mereka yang mengkonsumsi susu tanpa lemak mengalami penurunan nyeri encok dibanding dua kelompok yang terkait dengan intensitas nyeri.
Menurut Dr Nicola Dalbeth dari University of Auckland, Bone and Joint Research Group yang bekerja sama dengan para peneliti dari Fonterra Research Centre and the University Department of Medicine, Indonesia, mengatakan hasil penelitian ini menjadi kabar baik jutaan penderita encok di seluruh dunia. Penelitian yang didukung Fonterra Indonesia sebagai uji klinis pertama yang mempelajari pengaruh intervensi diet terhadap encok.
Encok adalah bentuk pembengkakan radang sendi yang paling lazim ditemui dan diasosiasikan dengan nyeri sendi yang luar biasa. "Meski umumnya encok dianggap sebagai penyakit nutrisi, sampai saat ini tak ada uji klinis yang menunjukkan pengaruh positif yang ditimbulkan dari intervensi diet," ujarnya.
Menurut Dalbeth, apabila dikembangkan lebih jauh, temuan ini berpotensi membuat pasien memiliki kendali lebih terhadap penyakit dan sebagai sarana bermanfaat untuk penanganan encok.
Di dunia, prevalensi encok terus meningkat. Berdasarkan estimasi terkini, prevalensi encok di Selandia Baru sekitar 2,9 persen dari seluruh populasi. Sementara itu, prevalensi di Australia, Inggris, dan Jerman dilaporkan sebesar 1,4 persen, di Amerika sekitar 8,3 juta orang atau 4 persen, untuk Cina berdasarkan studi komparatifnya menunjukkan peningkatan prevalensi dari 0,36 persen di tahun 2000 mencapai lebih dari 1 persen di tahun 2006.
Di Indonesia, walaupun nilai prevalensi encok masih belum diketahui secara pasti, sebuah penelitian terpisah dan independen yang dilakukan oleh Zakiah Aris K. pada tahun 2004 menunjukkan adanya jumlah prevalensi yang cukup signifikan di wilayah Rawasari, Jakarta Timur.
Berdasarkan data penelitian ini, di daerah Kelurahan Rawasari ada sekitar 63,6 persen penduduk yang berisiko encok. Menurut Joanna Mobley, Group Director of Marketing Innovation and Ventures dari Fonterra Premium Ingredients, encok kian mewabah pada populasi usia dewasa di seluruh dunia. "Kami memahami bahwa encok kian mewabah di populasi usia dewasa di seluruh dunia. Kami mengharapkan temuan tersebut memegang peranan penting dalam strategi inovasi untuk mendukung proses penuaan yang sehat melalui nutrisi yang lebih sempurna," kata Mobley.
Grup penelitian yang terdiri dari 120 penderita encok ini disertakan dalam studi tiga bulan yang menganalisis frekuensi dan intensitas nyeri encok. Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang mengkonsumsi susu tanpa lemak mengalami penurunan nyeri encok dibandingkan dua kelompok kendali dan mengalami perbaikan yang lebih baik terkait intensitas nyeri.
HADRIANI P