KOMPAS.com - Selain obat-obatan, penderita diabetes tipe 2 pada akhirnya harus menggunakan insulin untuk menurunkan gula darah. Tetapi, banyak pasien diabetes (diabetesi) yang lebih percaya pada pengobatan tradisional, salah satunya adalah larva undur-undur yang dipercaya mengandung insulin.
Di dalam tubuh hormon insulin dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Produksi itu dipengaruhi oleh tingginya kadar gula darah. Makin tinggi gula di dalam darah, makin tinggi pula insulin diproduksi. Pada diabetesi terdapat masalah dengan insulin, mungkin karena jumlah insulin yang kurang atau kerja insulin dalam memasukkan gula ke dalam sel tidak sempurna. Sehingga kadar gula darah tetap tinggi yang lama kelamaan akan menyebabkan komplikasi.
Gangguan insulin tersebut bisa dibantu dengan pemberian insulin melalui suntikan. Jenis dan dosis yang diperlukan bergantung pada kebutuhan spesifik individu.
Sebagian diabetesi percaya hewan undur-undur memiliki kandungan insulin yang membantu glukosa berproses jadi energi bagi tubuh.
Menurut dr.Ign Adhiartha, SpPD, KEMD, seorang pakar diabetes di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, konsumsi undur-undur untuk suplai insulin terutama bagi penderita diabetes tipe II masih belum teruji secara klinis. Menurutnya, sampai saat ini belum ada penelitian yang meneliti kandungan insulin pada undur-undur hidup.
"Sebaiknya kalau obat belum ada dasar ilmiahnya jangan dikonsumsi. Kalau mau obat tradisional yang sudah lolos uji klinis bisa konsumsi petai cina, daun salam, cincau hijau, dan pare. Namun, untuk takarannya pun masih belum pasti," ujarnya saat ditemui dalam acara "Perspektif Baru Dalam Diabetes: Bukan Hanya Urusan Gaya Hidup," di Rumah Langsat Jakarta, Rabu (19/9/2012) malam.
Adhiarta mengatakan perbedaan obat tradisional dan obat modern adalah pada adanya bukti penelitian klinis. Setiap obat modern yang beredar di pasar telah melewati uji klinis yang dilakukan baik pada hewan dan manusia. Para ahli juga telah meneliti secara seksama khasiat, dosis, kontraindikasi dan efek samping obat jika digunakan dalam jumlah tertentu.
Di Indonesia, obat tradisional populer dipakai berdasarkan rekomendasi mulut ke mulut atau turun temurun. Untuk khasiatnya sendiri tentu berbeda-beda pada setiap orang.