Memastikan Perlengkapan Bedah Tak Tertinggal di Perut

New Feature - Kompas
http://4skripsi.blogspot.com/
Memastikan Perlengkapan Bedah Tak Tertinggal di Perut
Sep 27th 2012, 08:48

Kompas.com - Setiap tahunnya, diperkirakan terdapat 4.000 kasus benda-benda perlengkapan operasi tertinggal di tubuh pasien. Jumlah tersebut hanya di Amerika Serikat saja. Kebanyakan benda yang tertinggal adalah kapas atau spons.

Kapas atau spons dipakai untuk menyerap darah. Dalam operasi yang berlangsung lama, dokter memerlukan banyak spons untuk mengontrol perdarahan di bagian tubuh yang dioperasi.

Penyebab utama tertinggalnya benda-benda tersebut adalah teknik "jadul" yang masih dipakai di ruang operasi. Setelah operasi biasanya perawat akan menghitung apakah kapas yang sudah dipakai dokter bedah sudah dikumpulkan semua.

Namun dalam ruang operasi yang terkadang situasinya sangat sibuk, proses salah hitung bukanlah hal yang mustahil. Sehingga ada kapas yang masih tertinggal di dalam jahitan.

Selain kapas, benda lain yang juga pernah tertinggal di tubuh pasien adalah gunting, alat penjepit, atau pun pisau bedah. Namun hampir sepertiga kasus adalah kapas.

Saat gumpalan kapas diletakkan dalam tubuh pasien untuk menyerap darah, seringkali spons berukuran kecil itu tak terlihat, terutama jika luka sayatan cukup besar, biasanya bedah di bagian perut.
 
Prosedur rumah sakit memang mewajibkan tim bedah, biasanya perawat, untuk menghitung berulang kali setiap kapas yang dipakai dalam prosedur operasi. Namun menurut penelitian, sekitar 4 dari 5 kasus tertinggalnya kapas di perut pasien terjadi meski tim bedah sudah menyatakan seluruh jumlah kapas yang dihitung benar.

Upaya untuk mencegah hal tersebut terus dikembangkan. Salah satunya adalah metode penghitungan kapas yang diperbaharui. Misalnya saja dengan penggunaan kapas yang memiliki frekuensi radio sehingga bisa langsung ketahuan kalau masih ada yang kurang.

Para peneliti dari Universitas North Carolina di Chapel Hill melakukan penelitian pada 2.285 kasus penggunaan spons yang bisa dilacak. Setiap kapas itu mengandung frekuensi radio berukuran kecil, seukuran biji beras. Di akhir operasi, detektor akan berbunyi jika ada kapas tertinggal.

Menurut penelitian, sistem tersebut membantu menemukan 23 kejadian kapas yang masih tertinggal pada lebih dari 3000 pasien dalam periode 11 bulan.

Kapas yang bisa dilacak itu diciptakan oleh seorang dokter bedah di Weill Cornell Medical Center, New York, AS. Menurutnya penggunaan kapas itu hanya menambah biaya operasi sekitar 10 dollar. Biaya yang tak seberapa tapi menjamin keselamtan pasien.

Teknologi pelacakan lain adalah memakai teknologi bar code. Setiap kapas mendapatkan bar code yang akan dipindai sebelum digunakan kemudian dipindai lagi setelah dikumpulkan.

Beberapa rumah sakit juga mulai mengembangkan cara pengumpulan kapas yang lebih baik. Mereka membuat kantong-kantong pengumpul kapas, sehingga jika masih ada yang kurang bisa langsung terlacak.

Selain itu, penghitungan kapas seharusnya tidak hanya menjadi tanggung jawab perawat. Setiap orang di ruang operasi harus berbagi tanggung jawab. Dokter bedah bisa memberi tahu perawat dimana kapas ditaruh dan memeriksa kembali apakah kapas sudah dibersihkan sebelum menjahit luka.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post