SINGAPURA, KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia terus berupaya mengampanyekan pentingnya perilaku seks yang aman, terutama pada kelompok yang berisiko tinggi. Salah satu kampanye yang dilakukan adalah pentingnya penggunaan kondom untuk mencegah penyebaran penyakit seksual menular (PMS) di kalangan pekerja seks komersial.
Akan tetapi, upaya dan sosialisasi pentingnya perilaku seks yang aman tidaklah semudah yang dibayangkan. Penggunaan kondom di kalangan pekerja seks komersial banyak menemui kendala, dan hal itu terbukti dari hasil survei di lapangan yang dilansir belum lama ini.
Survei yang dilakukan lembaga non-profit Singapura, Humanitarian Organisation for Migration Economics (HOME) dan Action for AIDS menemukan bahwa pekerja seks komersial (PSK) di Batam mempraktikan seks tidak aman. Data menunjukkan, 60 persen dari PSK tersebut memiliki langganan pria Singapura. Kenyataan yang mengkhawatirkan adalah hanya satu dari empat PSK yang memilih menggunakan kondom secara teratur.
Presiden HOME Bridget Tan menjelaskan, tujuan utama survei ini adalah untuk mempelajari bagaimana pola praktik seks aman di Batam. Selain itu, juga untuk menjelaskan pola penyebaran virus HIV di Singapura.
Bridget menyatakan, ini bukanlah fenomena baru dan mengejutkan, bahwa pria Singapura sering mengunjungi Batam untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Akan tetapi, survei ini membantu untuk menganalisa seberapa besar potensi virus HIV menjangkiti pria Singapura, mengingat sebelumnya tidak ada data yang komprehensif mengenai penggunaan kondom di antara mereka.
Direktur Eksekutif Action for Aids Donovan Lo mengklaim, rendahnya penggunaan kondom di antara pria Singapura lebih disebabkan karena PSK yang ada cenderung tidak berinisiatif untuk menggunakan kondom. Oleh karena itu, Donovan menambahkan sudah menjadi kewajiban bagi pria Singapura untuk mempraktikan penggunaan kondom.
Secara detail, survei ini mewawancarai 300 dari 5.000 PSK di Batam , di mana setengah dari responden berasal dari pusat prostitusi. Sedangkan sisanya berasal dari tempat-tempat hiburan seperti bar dan klub malam. Survei dilakukan bulan April lalu, menanyakan beberapa hal seperti kapankah mulai terjun sebagai PSK, apakah dipaksa untuk menjadi PSK, dan apakah mempraktikan seks aman.
Dari 300 responden, 29 persen di antaranya menjawab bahwa mereka dipaksa untuk terjun, dan 3 persen memulainya ketika berumur di bawah 18. Data terakhir dari tahun 2007 menunjukkan 9 persen PSK di Batam terindikasi terinfeksi virus HIV. Data juga menunjukkan bahwa pria Singapura yang mengunjungi Batam kebanyakan adalah pria lanjut usia keturunan China. Walaupun, akhir-akhir ini jumlah pemuda etnis Melayu juga menunjukkan kecenderungan peningkatan.
Survei ini merekomendasikan kampanye No Condom, No Sex untuk mempromosikan seks aman di antara Pria Singapura.