KOMPAS.com - Are you from Indon? "Tidak, saya dari Indonesia," begitulah jawaban Thata Joyce Sigar setiap mendapat pertanyaan seperti itu dari sejumlah sosialita negeri jiran. Ia ingin mereka menaruh respek pada Indonesia.
Thata adalah perempuan Indonesia yang selama bertahun-tahun melebur di kalangan aristokrat dan sosialita Malaysia. Pintu masuk yang dia gunakan adalah bisnis dan olahraga berkuda.
Pekan kedua di bulan September, perempuan berdarah Manado, Sunda, China, dan Belanda, itu pulang ke Indonesia. Kami bertemu di klub berkuda Trijaya di kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan, ketika hari panas terik. Udara kering yang dibawa kemarau panjang menyapu pepohonan hingga berwarna kecoklatan. Di tengah suasana seperti itu, Thata hadir dengan kaftan berwarna merah darah. Dia seperti sekuntum mawar merah tanpa peduli musim.
Siang itu, Thata hadir dengan seekor kuda hitam jantan yang baru dikenalnya dua hari. Waktu yang singkat, tapi Thata mampu meredam kegarangan sang kuda. "Kalau kita bisa mengendalikan diri, kita bisa mengendalikan kuda liar sekalipun," ujar Thata yang berbahasa Indonesia campur Inggris-Melayu.
Olahraga berkuda telah dikenal Thata sejak lama. Namun, baru empat tahun terakhir ia benar-benar fokus berlatih menunggang kuda. Seminggu sekali dia keluar masuk hutan di Putrajaya, Malaysia. Sesekali, bersama teman-temannya, Thata berkuda ke hutan-hutan di Australia, Paris, dan Amsterdam.
"Kalau sudah menunggang kuda saya pun lupa segalanya, lupa stres, lupa kerjaan," katanya.
Dia menyibakkan rambutnya yang kecoklatan untuk mengusir gerah. "Aduh, panas banget ya cin...," keluh Thata yang sering membubuhi akhir kalimatnya dengan ujaran "cin", singkatan dari kata cinta yang lazim dipakai dalam pergaulan orang Jakarta.
Thata juga menekuni nomor tunggang serasi dan polo yang tidak sembarangan orang mampu melakukannya. Bayangkan, untuk bermain polo setidaknya pemain harus punya tiga ekor kuda yang dipakai bergantian. Asal tahu saja, satu ekor kuda bisa berharga miliaran rupiah.
Oktober mendatang Thata berencana latihan polo di Argentina. Negara yang menurut dia memiliki tempat latihan polo terbaik. Dia akan menghabiskan waktu satu bulan di sana sambil melihat kuda-kuda bagus yang mungkin bisa dibawanya ke Malaysia.
Di tengah kesibukannya berbisnis dan menjalankan hobi berkuda, Thata menyempatkan diri menjadi pelatih berkuda untuk anak-anak penyandang autisme, down syndrome, dan disable. Itu dilakukannya secara sukarela. "Ya, saya ingin berbagi kesenangan dengan mereka," katanya.
Sosialita Malaysia
Sebelum tinggal di Malaysia, Thata malang melintang di bisnis periklanan di Indonesia. Dia menjadi salah satu pendiri Animasindo Jkt yang bergerak di bidang rumah produksi, animasi, dan pascaproduksi. Salah satu iklan yang dibuat Thata dan timnya adalah Gebyar BCA.
Tahun 1997 Thata hijrah ke Kuala Lumpur mengikuti suaminya yang berwarga negara Malaysia. Di negeri jiran, dia tidak mau hanya menjadi ibu rumah tangga biasa. Dia memilih melanjutkan bisnisnya dengan mendirikan perusahaan Imej Revolusi yang bergerak di bidang hiburan dan produksi film. Lewat perusahaannya, dia membawa artis Indonesia untuk konser di Malaysia, seperti Krisdayanti, Reza Artamevia, Anang-Ashanti, Anang-Syahrini, Ruth Sahanaya, Rossa, Samson, Wali, hingga Trio Macan. Selain itu, dia menggelar musikal Broadway seperti Beauty and The Beast, My Fair Lady, Shrek, dan Chicago.
Tahun 2007, Thata dan perusahaannya dipercaya menangani kampanye Visit Malaysia Year 2007 dengan slogan "Malaysia Truly Asia".
Bagaimana bisnisnya bisa begitu lancar? "Tentunya integritas saya sebagai pebisnis. Kalau tidak bisa dipercaya bagaimana bisa mengerjakan banyak hal di Malaysia," ujar Thata yang tetap mempertahankan paspor Indonesia.
Faktor lain yang memperlancar bisnisnya adalah olahraga berkuda. Berkat olahraga berkuda, Thata bisa masuk dalam pergaulan kalangan atas Malaysia. Dia melebur dalam acara-acara penting yang dihadiri kalangan istana dan pejabat Malaysia. Termasuk acara sosialita? "Ya begitulah," sambar Thata.
Dia pun bercerita tentang kegiatan para sosialita Malaysia. Mereka senang bikin arisan dan menggelar acara sosial. "Samalah dengan sosialita Indonesia, senang difoto dan masuk ke majalah gaya hidup, agak-agak narsis ha-ha-ha," ujar Thata yang sosoknya pernah dimuat di berbagai majalah gaya hidup Malaysia.
Bukan ratu pesta
Thata masuk ke lingkungan sosialita Malaysia bukan untuk menjadi ratu pesta. "Saya masuk sebagai representasi (sosialita) Indonesia yang punya kepribadian. Karena itu saya sangat menjaga sikap dan selektif memilih acara."
Pada akhirnya, bergaul itu buat Thata seperti berpolitik. Ya, politik yang halus atau soft-politics. Dengan posisinya sebagai orang Indonesia di tengah kalangan jetset Malaysia, Thata mulai membantu TKI yang tersandung masalah hingga menanamkan citra positif bangsa Indonesia.
"Kalau ada sosialita Malaysia bertanya kepada saya, 'Are you from Indon?' Saya tegas menjawab, 'No! I'm from Indonesia'. Dengan begitu saya mendidik orang Malaysia agar menunjukkan respek pada kita," ujarnya.
Thata juga memanfaatkan jaringannya di Malaysia untuk memopulerkan produk-produk mode Indonesia antara lain kebaya. Dia berkongsi dengan perancang Raden Sirait membuka tiga gerai bertema "Kebaya for The World" di mal terkemuka yakni Parkson Pavilion, Parkson KLCC, dan Parkson Subang Parade.
"Kalau soal mode kita unggul dibandingkan orang Malaysia. Baju mereka bermerek, tapi agak monoton dan kurang berani memilih warna. Makanya, (untuk urusan berpakaian) saya bisa jadi trend setter di lingkungan saya ha-ha-ha. Apa yang saya pakai mereka mau pakai," ujar Thata.
Bahkan, beberapa sosialita Malaysia belakangan ini mulai ikut-ikutan menggunakan bahasa gaul Jakarta yang biasa dipakai Thata. "Mereka pakai kata 'dong' dan 'cin' seperti saya, tapi enggak pantes... ha-ha-ha."
Yuuk.... Mariiii!!!
Thata Joyce Sigar
Lahir: Jakarta, 6 November 1970
Anak: Moch Hadly Khan (20), Nadira Shanaz Khan (18), Moch Hazry Khan (11)
Pendidikan:
Institut Kesenian Jakarta, Universitas Sahid Jurusan Public Relations, British Council Malaysia
Karier:
- Pendiri dan produser Animasindo (1994-1995)
- Pendiri, produser, dan sutradara Imej Revolusi Malaysia
- Produser Mahligai Sagu TAD Network Malaysia
- Pendiri 4PLUS Communication Indonesia
- PR dan Direktur Marketing Tadmansori Perkasa Indonesia
- Direktur CASA CHIC Sdn Bhd
- Direktur Miracle Ventura SDN BHD
- Distributor dan perwakilan untuk lima produk mode Indonesia, yakni Luire, Zegez, Middle East, Kebaya for the World, dan Batik for the World
Kegiatan sosial:
- Konser amal Dana untuk Revolusi Sekolah Indonesia di Kuala Lumpur
- Konser Amal Tsunami
- Konser Amal Gempa Padang
- Pelatih sukarela di Riding for Disable Malaysia
(Budi Suwarna)
Sumber: Kompas Cetak
Editor :
Dini