KOMPAS.com - Aktivitas membatik punya banyak manfaat, bagi anak-anak juga orang dewasa. Namun, membatik memberi dampak yang tak sama pada anak dan dewasa. Kemampuan anak dan dewasa dalam membatik pun berbeda.
Indra Tjahjani, pendiri komunitas Mbatikyuuuk mengatakan anak-anak mengerjakan membatik lebih cepat dari orang dewasa. Anak-anak tak kenal takut, mereka percaya diri membatik, tak takut salah. Sementara orang dewasa cenderung hati-hati saat membatik, khawatir salah, sehingga membatik pun memakan waktu lebih lama.
"Anak-anak bisa selesai membatik dalam satu jam, sementara orang dewasa bisa 1-2 jam," jelas perempuan yang berprofesi sebagai dosen ini.
Membatik tidak mudah, namun bisa dilakukan siapa saja. Anak usia lima pun bisa diajarkan membatik, namun perlu pendampingan orangtua. "Alat membatik panas, jadi anak usia lima perlu didampingi agar lebih terlindungi," jelasnya di sela kegiatan membatik bersama anak penderita kanker di Yayasan Anyo Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut pecinta budaya yang berhasil mengajak 2.500 orang membatik sejak 1998 ini, membatik memberikan manfaat berbeda pada anak dan dewasa.
Untuk anak, membatik lebih kepada pengenalan warisan budaya sejak dini. "Supaya anak kenal batik," jelas dosen yang prihatin dengan para mahasiswa karena lebih mengenal budaya asing ketimbang budaya nusantara.
Ia bercerita, ketika mahasiswanya diminta presentasi tentang budaya, kebanyakan mengangkat budaya asing termasuk budaya Korea yang sedang tren. Menurutnya, pengenalan budaya nusantara termasuk membatik perlu dilakukan dari sekolah formal dan keluarga.
Indra mengatakan, ia bukan ahli batik namun tertarik membatik sejak belia dan bisa membatik sejak SMP. "Saya masih berproses membatik tapi bisa mengajak orang membatik. Keluarga saya tidak ada pembatik, tapi kita belajar semua kesenian sejak kecil," kisahnya.
Anda dan keluarga juga bisa belajar membatik. Untuk anak, selain pengenalan budaya, membatik juga bisa membantu melatih konsentrasi anak. "Membatik bukan untuk kreativitas tapi lebih kepada mengenalkan warisan budaya dan latihan konsentrasi. Sulit untuk melihat potensi anak dari membatik," jelas Indra.
Sementara bagi dewasa, membatik lebih kepada berlatih meditasi, mengendalikan diri untuk selalu tenang. "Jika ingin mendapatkan manfaatnya, membatik perlu dilakukan sesering mungkin. Dalam kondisi normal, membatik pada orang dewasa bisa menjadi sarana meditasi. Tapi kalau hati sedang tidak happy, gundah, ini berpengaruh pada hasil akhir membatik," ungkap perempuan yang mengelola komunitas bersama seluruh anggota keluarganya ini.
Untuk mendapatkan manfaat dari membatik, kegiatan ini sebaiknya dilakukan berkala. Bagi pemula, kemampuan membatik bisa terus dilatih secara rutin hingga benar-benar bisa menguasainya. Jika dilakukan dengan hati yang senang dan menjadi hobi baru, Anda bisa lancar membatik setelah 6-10 kali mencobanya.
Indra mengakui, dari pengalamannya membatik sebulan sekali bersama komunitas di Museum Bank Mandiri Jakarta, tak banyak potensi pembatik muncul dari kegiatan ini.
"Kebanyakan melakukan membatik karena hobi. Ada yang 10 kali membatik sudah muncul potensi seninya. Tapi dari 2.500 orang yang pernah membatik bersama, kira-kira hanya 10 orang yang berpotensi, itu pun karena hobi bukan karena ingin menjadi pembatik secara serius," tutur Indra menyebutkan peserta kegiatan membatik bulanan kebanyakan diikuti ibu dan anak remaja.
Mereka yang berpotensi dari kegiatan hobi membatik ini, tolak ukurnya di antaranya sudah bisa membuat produk batik sendiri. Merancang motif batik sendiri, membatiknya hingga menjadi produk batik siap pakai. Contoh paling sederhana, mampu membuat selendang batik buatan sendiri.
Editor :
wawa