KOMPAS.com - Kaum pria punya gaya komunikasi berbeda termasuk dalam berbahasa. Bahasa yang serba gamblang, praktis, apa adanya membuat para pria lebih nyaman berbincang juga berdiskusi dengan kalangannya. Termasuk ketika membicarakan peran sebagai ayah, mendukung istri menyusui, menjadi bagian dari proses pemberian ASI kepada si buah hati.
Ayah ASI merupakan salah satu komunitas pria di dunia digital melalui media sosial Twitter untuk memenuhi kebutuhan informasi akan peran ayah juga suami ini. Bermula dari akun Twitter @ID_AyahASI yang hadir sejak 27 September 2011, para pria punya wadah untuk berbagi pengalaman juga pengetahuan seputar ASI dan bagaimana menjalankan peran terbaik sebagai suami dan ayah.
Gaya bahasa pria yang gamblang membuat para ayah usia 25-40 merasa lebih nyaman berbagi informasi di komunitasnya melalui Twitter. Baik akun Twitter @ID_AyahASI maupun di jejaring media sosial skala lokal.
Administrator akun Twitter Ayah ASI Jakarta, Fauzi Lesmana, mengatakan komunikasi antar pria membuat para ayah anggota komunitas ini lebih mudah menyerap informasi. Juga memudahkan anggota komunitas untuk mengajak pria baik ayah juga calon ayah untuk lebih peduli terhadap keluarga. Memberikan perhatian yang tepat pada istri yang sedang hamil, akan melahirkan, juga perawatan bayi pascabersalin dan masa menyusui yang membutuhkan kekompakan suami dan istri untuk memberikan perhatian penuh kepada bayi.
Fauzi menyebutkan komunitas Ayah ASI ini telah berkembang di tingkat lokal. Sebelum Ayah ASI Jakarta terbentuk, komunitas serupa telah berkembang di Medan, Bandung. "Saat ini Ayah ASI Malang, Yogyakarta, Semarang, Bali dan daerah lain juga sudah terbentuk," jelasnya kepada Kompas Female di sela kegiatan Social Media Fest 2012 di Gelora Bung Karno Jakarta, Jumat (12/10/2012).
Media sosial Twitter, bagi komunitas ini, menjadi wadah paling tepat dan sesuai karakter pria. Praktis, interaktif dengan waktu yang cepat, sesuai gaya pria dalam berkomunikasi yang langsung pada intinya. Benar saja, informasi seputar ASI dan komunikasi melalui media sosial ini menjadi langkah tepat bagi pria yang peduli keluarga. Akun ID_AyahASI sendiri telah memiliki lebih dari 40.000 followers dalam satu tahun.
Di komunitas Ayah ASI Jakarta sendiri, Fauzi mengatakan meski menyasar kalangan pria, akun Twitter komunitas ini banyak di-follow kaum perempuan. "Jumlah followers pria hanya sekitar 25 persen, sisanya perempuan yang share link ke suaminya untuk ikut serta," tutur bapak dua anak yang turut mengembangkan komunitas Ayah ASI Jakarta sejak 16 Agustus 2012.
Dukungan ayah
ASI bukan semata urusan ibu dan 50 persen keberhasilan ASI disumbangkan oleh dukungan ayah. Komunitas Ayah ASI mengakui hal ini, dan menyadari pentingnya peran ayah dalam proses pemberian ASI termasuk sejak kehamilan ibu, melahirkan dan pengasuhan anak. Banyak ayah yang sebenarnya peduli namun tak tahu cara menunjukkannya atau melakukan tindakan apa untuk memberikan dukungan tepat kepada istri.
"Bagaimana cara ayah mendukung ASI, peran suami dalam merawat anak, merupakan informasi yang dibutuhkan para ayah. Pria bukannya tidak peduli, tapi tidak tahu bagaimana caranya," tuturnya.
Salah satu administator Ayah ASI Jakarta, Gamma Quieto, menambahkan kesadaran inilah yang dicoba dibangun komunitas. "Kesadaran ini bisa dibangun lebih dini, sejak usia awal 20-an. Anggota Ayah ASI Jakarta sendiri ada yang belum menikah," jelas Gamma, bapak satu anak berprofesi sebagai konsultan ini.
Komunitas Ayah ASI fokus pada pemberian dukungan tepat kepada ibu menyusui. Namun, dinamika komunikasi via Twitter pun berkembang. Kebutuhan informasi akan makanan pendamping ASI (MPASI), pengasuhan anak, bentuk dukungan tepat kepada istri sepanjang masa kehamilan hingga menyusui, juga makanan sehat dengan gizi seimbang, juga tinggi di kalangan pria.
Pria pun leluasa berbagi pengalaman menjadi ayah dengan bahasanya melalui komunitas ini. Berbagi informasi menjadi penting bagi para ayah, karena tak mudah menjadi orangtua muda era kekinian, dengan perubahan zaman dan pola asuh yang tak bisa lagi konvensional.
Menurut Gamma, dengan peran dan dukungan suami, pasangan muda bisa lebih kompak dalam memberikan pengasuhan termasuk untuk menghadapi intervensi orangtua dan mertua. Dengan mengalirnya berbagai informasi penting mengenai peran ayah di media sosial ini, para pria juga bisa belajar dari pengalaman unik pria lainnya. Termasuk menemukan cara yang lebih baik dalam memberikan dukungan.
"Bisa jadi cara yang selama ini dilakukan salah. Ketika berbagi informasi, kita jadi bisa memperbaiki diri, untuk memberikan dukungan yang tepat belajar dari pengalaman unik anggota komunitas lainnya, menjadi lebih tercerahkan," tutur Gamma.
Fauzi menambahkan pentingnya menambah pengetahuan seputar ASI dan menjalankan peran sebagai Ayah ASI secara tepat. "Dengan mendapatkan informasi yang tepat, laki-laki yang emosionalnya cenderung lebih stabil bisa berperan lebih baik saat mendampingi istri yang sedang hamil hingga menyusui. Dengan mendapatkan pencerahan dari berbagi pengalaman dan informasi, para suami tidak lagi kebingungan dan bisa mendukung istri jauh lebih baik lagi," jelasnya.
Berbagi informasi yang mencerahkan para pria menjadi langkah awal komunitas ini. Selanjutnya, para Ayah ASI ini pun menyusun langkah lanjutan dengan mengajak pria lebih peduli ASI melalui kegiatan pembuatan Peta Ruang Menyusui. Yakni memetakan area menyusui, nursing room, changing room di semua ruang publik di Jakarta. Pilot project Ayah ASI Jakarta ini ditargetkan tuntas di penghujung 2012 ini.
"Setiap followers bisa berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. Volunteers bisa memotret area menyusui. Tujuannya bagi yang sudah menyediakan bisa lebih aware, supaya bisa lebih memenuhi standar dan teguran untuk yang belum menyediakan ruangan menyusui baik di perkantoran atau mal, tempat-tempat publik," jelas Gamma.
Kegiatan ini menjadi bentuk dukungan Ayah ASI terhadap ibu menyusui terkait ruang publik. Tentunya untuk melengkapi dukungan di ranah privat yang menjadi komitmen utama para Ayah ASI.
Editor :
wawa