KOMPAS.com - Jika Anda tak ingin mengalami kesulitan menurunkan berat badan sesudah melahirkan, sebaiknya Anda memang tidak menambah berat badan lebih dari batas normal saat hamil. Sebab, sedikit kelebihan berat badan saja (dari batas normal) akan membuat penambahan berat tersebut makin sulit dihilangkan. Dengan kata lain, Anda akan mengalami obesitas dalam jangka panjang.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 14,2 persen perempuan yang semula punya berat badan normal ternyata menjadi overweight dalam satu tahun sesudah melahirkan. Sementara di antara perempuan dengan berat normal, 40 persennya mengalami kelebihan berat badan selama kehamilan.
Untuk mencegah kelebihan berat badan selama kehamilan dan setelah melahirkan, sebuah penelitian menyusun suatu program latihan dan nutrisi. Program ini terbagi dalam tiga kelompok:
* kelompok perempuan yang berlatih dengan intensitas sedang, dan menjalani konseling nutrisi;
* kelompok yang berlatih dengan intensitas rendah dan menerima konseling nutrisi yang sama;
* kelompok yang dikontrol namun tidak menerima campur tangan dari para pakar sama sekali.
Dalam program latihan ini, para ibu hamil hanya diminta untuk jalan kaki. Pada minggu pertama, mereka jalan kaki selama 25 menit, tiga atau empat kali dalam seminggu. Secara bertahap, durasinya ditambah hingga menjadi 40 menit.
Untuk pola makannya, responden diminta untuk memerhatikan asupan kalori dengan mengonsumsi 2000 Kkal per hari. Mereka mengonsumsi tiga kali makan besar, dan tiga sampai empat kali snack per hari. Sebanyak 40-55 persen dari kalori diperoleh dari karbohidrat kompleks dan indeks glikemik rendah. Kemudian, 30 persen kalori lainnya didapat dari lemak sehat, dan 20-30 persennya dari protein.
Setelah menjalani program ini, terlihat bahwa perempuan dalam kelompok latihan satu dan dua mengalami persentase kenaikan berat badan yang lebih rendah daripada kelompok ketiga. Dalam dua bulan setelah melahirkan, dua kelompok latihan ini juga hanya menahan berat badan lebih sedikit.
Namun hal yang tak terduga terjadi di antara dua kelompok latihan itu sendiri. Ternyata, selisih perbedaan antara kelompok latihan intensitas rendah dan sedang tidak begitu besar. Sebanyak 31 persen kelompok intensitas sedang mengalami penambahan berat badan di atas jumlah yang disarankan. Hal yang sama dialami 35 persen dari kelompok intensitas rendah. Sedangkan pada kelompok ketiga, kenaikan berat badan berlebihan dialami oleh 53 persen respondennya.
Ada beberapa kemungkinan mengapa selisih perbedaan antara kelompok pertama dan kedua tipis. Bisa jadi karena kelelahan setelah berolahraga, kelompok latihan intensitas sedang jadi enggan untuk melakukan aktivitas fisik sesudahnya. Kemungkinan lain, meskipun kedua kelompok latihan ini mengonsumsi jumlah kalori yang sama, kelompok latihan dengan intensitas sedang mengonsumsi lebih banyak kalori sebagai kompensasi atas kalori yang dibakar saat latihan.
Para peneliti juga mendapati bahwa hampir separuh dari perempuan yang mengalami kenaikan berat badan berlebihan sebenarnya timbangannya sudah naik sebelum menjalani eksperimen ini (usia kehamilan 16-20 minggu). Oleh karena itu, mereka yang tak biasa berolahraga sebelum hamil disarankan untuk mulai berolahraga lebih awal. Jika Anda baru hamil, sebaiknya olahraga sudah dimulai pada awal trimester kedua, atau sekitar usia kehamilan 13 minggu. Pada saat itu, risiko keguguran cenderung rendah.
Nah, kalau Anda sudah berolahraga sejak sebelum terjadi kehamilan, dan tidak mengalami komplikasi yang mengancam kondisi kehamilan, Anda bisa melanjutkan program latihan ini. Pastikan diri Anda nyaman, dan hindari berolahraga dalam cuaca panas dan kondisi yang lembab. Jalan-jalan santai juga sama efektifnya kok, untuk mempertahankan berat badan sehat selama kehamilan. Jika kondisi kehamilan aman, Anda bisa mencoba jalan cepat.
Apa pun hasilnya, eksperimen ini sebenarnya mengirimkan pesan yang sama: baik latihan intensitas sedang atau rendah sama-sama bermanfaat untuk menurunkan risiko mengalami kelebihan berat badan saat hamil.
Sumber: YouBeauty
Editor :
Dini