KOMPAS.com - Mengapa orang yang obesitas tidak mampu memilah makanan yang sehat, atau tidak mampu mengontrol dorongan untuk makan enak? Bagi para peneliti, hal ini ada kaitannya dengan fungsi otak yang berbeda dari orang obesitas.
Dalam presentasi mereka di konferensi Neuroscience 2012 di New Orleans, Amerika, peneliti mengatakan bahwa apa yang kita makan (dan berapa banyak makanan yang kita makan), bisa mengubah cara otak kita berfungsi. Timothy Verstynen, PhD, dari Center for the Neural Basis of Cognition, University of Pittsburgh, menggunakan teknik functional magnetic resonance imaging (fMRI) untuk mengobservasi aktivitas otak dari 29 orang dewasa, dan melihat reaksinya ketika mereka makan.
Responden lalu ditunjukkan kata-kata di layar komputer yang ditulis warna-warni. Mereka lalu diminta untuk menyebutkan warna tulisan tersebut, bukan kata-katanya. Misalnya, tulisan merah tapi ditulis dengan warna biru. Jika kata "merah" ditulis dengan warna merah, mudah saja mengidentifikasinya. Yang sulit adalah ketika kata "merah" ditulis dengan warna biru.
Baca juga: Diet untuk yang Gemar Makan Nasi
Dari eksperimen ini, tim Verstynen menangkap bahwa mereka yang obesitas lebih sulit mengidentifikasi warna dari kata yang dituliskan. Artinya, orang obesitas kurang efisien dalam membuat keputusan yang sulit, yang pada akhirnya menyulitkan mereka dalam mengontrol perilaku impulsif.
Verstynen menyimpulkan, pilihan makanan yang tidak sehat bisa menyebabkan koneksi otak terganggu, dan melemahkan kerja otak. Fungsi otak yang melemah menyebabkan mereka memilih makanan yang kurang baik.
Jadi, ada siklus yang berulang di sini. Kalau kita makan berlebihan atau mengonsumsi makanan yang tidak sehat, fungsi otak kita menurun, menyebabkan menurunnya kontrol dalam perilaku yang impulsif. Menurunnya kontrol perilaku ini, menyebabkan kita makin berhasrat untuk makan makanan yang tak sehat. Begitu seterusnya.
Baca juga: Teh Hijau Bukan Jalan Pintas untuk Langsing
Lalu, bagaimana dong cara mendobrak siklus tersebut? Jangan berharap bisa mengubah kebiasaan ini dalam semalam, demikian menurut para peneliti.
Dalam percobaan kedua, ketika responden diminta berpuasa semalam dan tidak sarapan pada pagi harinya, korteks orbitfrontal pada otak mendorong responden untuk mengonsumsi makanan berkalori tinggi. Namun, responden yang berpuasa semalam dan tidak melewatkan sarapan pada pagi harinya, dorongan untuk makan berlebihan tidak begitu besar.
Baca juga: Mau Diet Instan? Begini Caranya!
Solusi terbaik adalah melalui pendekatan bertahap untuk mengubah pola makan dengan membuang makanan berlemak dan berkalori tinggi seperti junk food sedikit demi sedikit, lalu menggantinya dengan makanan yang lebih sehat.
Baca juga: Gemuk tapi Sehat, Mungkinkah?
Sumber: Bliss Tree
Editor :
Dini