Jakarta, Kompas - Perhimpunan Dokter Spesialis Or thopaedi dan Traumatologi Indonesia mendesak pemerintah menghapus pajak masuk berbagai peralatan dan kebutuhan medis impor. Harga obat dan alat transplantasi dinilai terlalu mahal untuk dijangkau masyarakat.
Dohar Tobing, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopa- edi dan Traumatologi Indonesia (PABOI), Rabu (21/11), mengatakan, harga peralatan kesehatan ataupun obat impor mahal sebab kena pajak. "Padahal, beberapa alat kesehatan sangat vital seperti alat transplantasi sendi yang banyak dibutuhkan orang tua dan pasien cedera sendi," kata dia.
Menurut Rizal Pohan, dokter spesialis ortopedi, implan sendi lutut dan panggul sangat mahal di Indonesia. Harganya bisa 2.500 dollar AS-5.000 dollar AS. Padahal, di Singapura harganya hanya sekitar 2.000 dollar AS. "Di negara lain, harga lebih murah karena pajak impor untuk peralatan kesehatan dan obat-obatan tidak ada, bahkan pemerintah menyubsidi," katanya.
Bagi pasien yang mampu, mereka bisa pergi ke luar negeri untuk mendapatkan perawatan dengan harga lebih murah. Tapi, warga yang tak mampu terpaksa tak mendapatkan perawatan.
Pagu pembiayaan jaminan kesehatan pun dinilai tak mencukupi. Dalam Indonesia Case Base Groups (Ina CBG), bentuk aplikasi pengajuan klaim pelayanan Penyedia Pelayanan Kesehatan untuk peserta jaminan kesehatan masyarakat pagunya rendah. Padahal, pengobatan bisa habis Rp 5 juta-an lebih. "Kalau harus operasi dengan implan jelas tak mencukupi, walau seluruh biaya rawat inap dan jasa dokter digratiskan. Siapa yang menanggung alat dan obat?" kata Rizal.
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan, hingga tahun depan pemerintah masih menyiapkan sarana dan prasarana pembiayaan untuk sistem jaminan sosial nasional. (NIT)