KOMPAS.com - Pola makan yang sehat dan seimbang merupakan kunci terpenuhinya kecukupan gizi anak. Sayangnya, asupan makanan yang diterima anak-anak di Indonesia masih kurang dibandingkan dengan angka kecukupan gizi yang ada.
Menurut hasil studi gizi SEANUTS tahun 2011 yang melibatkan 7.200 anak usia 6 bulan sampai 12 tahun, sekitar 20 persen anak mendapatkan asupan nutrisi yang kurang. Bahkan, konsumsi protein anak kurang 80 persen dari angka kecukupan gizi. Kekurangan protein tersebut terutama pada anak perempuan usia kurang dari lima tahun.
Dr.Sandjaja, ketua pelaksana SEANUTS menjelaskan, kurangnya konsumsi makanan bergizi dan penyakit infeksi pada anak berkontribusi pada terjadinya balita pendek dan anak sekolah pendek (stunting). Selain itu tidak terpenuhinya asupan pada anak menyebabkan anak-anak kekurangan energi.
"Di negara lain, angka stunting hanya belasan persen, sedangkan kita mencapai 34 persen," kata Sandjaja yang juga peneliti di Litbang Kementrian Kesehatan ini dalam acara pemarapan hasil SEANUTS di Jakarta, Rabu (14/11/12).
Meski demikian, secara umum terjadi perbaikan dalam status gizi mikro anak. Dari hasil studi terungkap prevalensi kekurangan vitamin A sudah jauh menurun dibandingkan dengan hasil Riskesdas tahun 2010. Demikian juga dengan kadar vitamin D, yodium, dan anemia.
Studi SEANUTS yang didanai oleh FrislandCampina dan dilaukan oleh Persatuan Ahli Gizi ini dilakukan mulai Januari sampai Desember 2011 di 48 kabupaten/kota dari 25 provinsi. Penelitian dilakukan dengan meneliti pola makan anak, jenis makanan yang dikonsumsi, kandungan gizi makro dan mikronya, serta dampaknya terhadap pertumbuhan fisik dan kognitif anak.