KOMPAS.com - Salah satu program spesial dari ajang Jakarta Fashion Week 2013 (JFW 2013) adalah adanya program Fashion Forward. Program ini bertujuan untuk mencetak desainer yang memiliki visi global.
Dalam program ini, telah terpilih delapan desainer muda dan brand yaitu Bretzel (Imelda Kartini, Yuliana), Cotton Ink (Ria Sarwono, Carline Darjanto), Major Minor (Ari Seputra, Sari Seputra, Margarethe, Ambar Pertiwi), Albert Yanuar, Yosafat Dwi Kurniawan, Barli Asmara, Jeffry Tan, dan Dian Pelangi. Dalam ajang ini delapan desainer diajak untuk lebih berani keluar dari zona nyamannya selama ini dan menciptakan berbagai inovasi yang lebih wearable dan bernilai jual tinggi.
Setelah empat desainer, Bretzel, Cotton Ink, Major Minor, dan Dian Pelangi tampil di sesi pertama, empat desainer lainnya yaitu Albert Yanuar, Yosafat Dwi Kurniawan, Barli Asmara, Jeffry Tan tampil memamerkan busananya.
Baca juga: Desain "Out of The Box" 8 Desainer Fashion Forward (Bagian I)
Nyanyian lagu anak-anak yang familiar, Sailor Moon tiba-tiba terdengar mengiringi model yang berlenggak-lenggok di atas catwalk. Koleksi busana Jeffry Tan kali ini memang bertema "Luna". Melalui tema ini, ia ingin menggambarkan sosok perempuan dewasa yang masih memiliki sifat kekanak-kanakan dalam dirinya. Dalam busananya ia menghadirkan gaya playful, fun dan girly. Cutting busananya pun banyak didominasi oleh busana two pieces, easy dress, jaket, rok mini, dan cocktail dress.
Untuk menghadirkan kesan playful, dan girly, Jeffry banyak menggunakan warna seperti biru navy, mint, pale pink yang semuanya tertutup glitter. Bahan yang digunakan tenun atbm dan katun.
Kecintaannya pada arsitektur membuat Yosafat Dwi Kurniawan membuat busananya yang tertema "Antique Modernity". Kreasinya ini merupakan penggabungan dari ancient architectur collapse dengan sentuhan modern. Arsitektur kuno yang dipakai Yosafat merupakan relief candi Borobudur yang disusun ulang dalam posisi terbalik. Relief ini ditampilkan dengan teknik digital printing yang cantik.
Bahan yang digunakan dalam busana ini antara lain sutera, stretch, dan kain batik khas Pekalongan. Cutting busananya banyak didominasi dengan model mini dress fitted body, celana pendek, kemeja, jaket, celana pendek, dan coat.
Sedikit berbeda dengan desainer lainnya, Barli Asmara mengangkat keunikan suku Dayak di Kalimantan. Dalam Jakarta Fashion Week 2013, ia mengangkat tema "Treasure of Borneo", menggunakan beberapa teknik yang unik, yaitu dengan mengembangkan motif khas Kalimantan ini menjadi lebih modern. Motif ini diaplikasikan dengan teknik bordir, lasercut, printing, dan macrame.
Keelokan suku Dayak dihadirkan Barli dalam dominasi cutting mini dress, gaun strapless, ruffles dress, sampai rok tutu yang cantik. Ia menghadirkan warna-warna cerah seperti kuning, cokelat, merah, oranye, dan putih.
Albert Yanuar menghadirkan busana yang terinspirasi dari kerajinan tangan khas Indonesia, wayang. Wayang berasal dari kata Ma Hyang yang berarti bayangan. Lekuk tubuh wayang yang unik serta ukiran dan motif batik kawung di baju wayang ini menginspirasi Albert untuk mendesain busana yang bertema "Shadow of Ma Hyang".
Ukiran wayang diterjemahkannya menjadi detil bordiran dengan teknik modern dan aplikasi payet yang struktural dalam koleksi jaket dan gaun berwarna pastel. Jenis rancangan yang dihadirkannya merupakan jenis ready to wear berkonsep "Luxury With A Twist". Uniknya, menyadari bahwa banyak perempuan yang aktif dengan segudang kegiatan formal dan kasual sekaligus, maka Albert berani berinovasi untuk menciptakan transformable dress. Gaun ini merupakan gaun yang bisa diubah menjadi 2-3 tampilan dengan melepaskan bagian gaun itu sendiri.
FOTO-FOTO : KOMPAS IMAGE/RODERICK ADRIAN MOZES
Editor :
Hesti Pratiwi