KOMPAS.com - Tenun dari Nusa Tenggara Barat (NTB) tak kalah cantik dan beragam dari segi warna dan motif, juga memiliki potensi besar untuk berkembang. Terutama dalam pengolahan dan penggunaannya, yang saat ini masih sederhana, dipakai sebagai kain untuk acara adat atau diolah menjadi sebatas kemeja. Kekayaan motif tenun dari 10 Kabupaten dan Kota di provinsi NTB ini tampil lebih modern, menjadi ragam model busana siap pakai yang tak ketinggalan tren mode, di tangan empat desainer Indonesia.
Adalah dua desainer anggota Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI), Deden Siswanto dan Irna Mutiara, juga dua desainer asal NTB, Linda Hamidy Grander dan Epoel Daeng Hasanung, yang mengolah tenun dan merancangnya menjadi busana siap pakai juga busana mewah bergaya modern.
Tenun khas dari Lombok Sumbawa memberikan inspirasi kepada Irna untuk merancang busana muslim dengan siluet masa kini. Melalui 20 set busana muslim, Irna menampilkan tenun sebagai aksen pada busana rancangannya. Mengangkat tema Dazzling Discovery of Lombok Sumbawa, Irna mengangkat kekayaan lokal dengan menonjolkan nuansa global, untuk memenuhi kebutuhan berbusana perempuan modern. Warna pastel dipilih Irna untuk menampilkan koleksi busana beraksen tenun ini.
Melalui rancangannya, Irna membuktikan bagaimana kain tradisional dengan motif salur dan kotak, dapat tampil lebih modern pada busana siap pakai. Tenun menjadi bagian dari fashion yang bisa diterima di tingkat nasional, dan harapannya bisa menggaet perhatian kalangan internasional.
Menjadikan tenun sebagai busana siap pakai untuk perempuan dan laki-laki juga menjadi perhatian desainer asli Lombok. Linda dan Epoel merupakan anak daerah yang peduli, dan meyakini tenun Lombok dapat berkembang menjadi bagian dari dunia mode.
Jika Linda menampilkan 11 set cocktail dress dari tenun Lombok Tengah dan Timur dengan dominasi warna merah, Epoel menghadirkan sembilan set jaket pria dari tenun dengan perpaduan warna dan motif cerah yang selaras.
Desainer ternama Deden Siswanto tampil dengan kreativitas tinggi dan kemampuan membaca kebutuhan pecinta mode. Melalui 20 set busana pria dan wanita, ready-to-wear deluxe, Deden menggabungkan detil motif kain NTB dan detil era Baroque dengan menonjolkan warna merah dan emas yang mewah.
Tenun pada busana mewah kreasi Deden menonjolkan sisi tradisi kain nusantara namun menghadirkan satu koleksi bergaya modern berjudul Native Mixture.
"Saya fokus pada motif tenun, pada beberapa busana saya tidak menjahit kain tenun karena tidak ingin merusak motif kainnya," jelasnya jelang peragaan busana dalam rangkaian kegiatan Lombok Sumbawa Ethnic Fashion 2012: Art, Creative and Tourism Night diadakan Dekranasda Provinsi NTB, di Hotel Mulia, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Keindahan kain tenun NTB dipertahankan oleh Deden. Beberapa busana sengaja dirancangnya tanpa memotong kain namun ia berhasil menciptakan gaya busana siap pakai bernuansa modern dengannya.
Deden juga menunjukkan kreativitasnya dengan merancang cape juga jaket mewah bernuansa emas ala Baroque, namun tetap menampilkan tenun NTB dengan cara mewah, dalam busana siap pakai yang menyesuaikan kebutuhan pasar.
Ragam model busana ditampilkan Deden menunjukkan bagaimana tenun NTB dapat diolah dan memperkaya busana siap pakai yang modern dengan konten lokal. Sebuah gaun merah marun berbahan beludru semakin mewah dan cantik dengan sentuhan aksen tenun bermotif garis.
Peplum yang kembali digemari dan menjadi bagian dari tren mode belakangan, juga tampil lebih menarik dengan sentuhan tenun NTB. Lewat karyanya Deden tak hanya memamerkan kreativitasnya merancang busana, namun juga membuktikan kain nusantara (tenun NTB) mampu memberikan nilai tambah pada koleksi busana siap pakai, dan semakin memperkaya tren mode sekaligus memberikan ciri khas, pembeda pada koleksi produk fashion dari Indonesia.
Editor :
wawa