KOMPAS.com - Dulu operasi plastik merupakan satu-satunya cara untuk memperbaiki tampilan bentuk wajah. Namun prosedurnya yang cukup berisiko dan proses penyembuhannya yang lama, prosedur ini tidak lagi menjadi prosedur kosmetik yang utama. Seiring perkembangan teknologi, kini banyak bermunculan prosedur-prosedur kecantikan lain yang dianggap lebih aman, salah satunya dermal filler.
"Filler adalah sebuah teknik perbaikan bentuk wajah dengan metode injeksi. Bagian yang ingin dikoreksi ini akan disuntik dan dimasukkan sejenis cairan bernama asam hialuronat yang bisa memberi volume bagian wajah yang dianggap kurang sempurna," ungkap Dr Hsu Nai-Jen, MD, dermatologis dari Taiwan saat media gathering Restylane (produsen asam hialuronat untuk filler) di Seoul, Korea, beberapa waktu lalu.
Dr Hsu mengungkapkan, prosedur ini lebih aman dibanding operasi plastik dan tidak membutuhkan masa pemulihan yang terlalu lama. "Operasi plastik membutuhkan waktu penyembuhan sekitar dua minggu. Sedangkan dengan filler, Anda bisa langsung beraktivitas kembali," jelasnya.
Filler juga diklaim mampu membuat bentuk wajah lebih proporsional dibanding operasi plastik. Melihat berbagai kelebihan prosedur ini, banyak orang yang tergiur untuk mencobanya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dr Hsu, peminat injeksi filler yang paling tinggi adalah orang Australia dengan persentase 30 persen. Australia memegang posisi pertama dalam peminat filler karena tingkat pendapatannya yang cukup tinggi. Hal ini menyebabkan mereka punya dana lebih untuk melakukan berbagai prosedur kecantikan dibanding negara lainnya. Selain itu, dokter kecantikan dan dermatologis tergolong banyak di Australia, dan punya kemampuan yang memadai untuk melakukan prosedur ini.
Peminat filler tertinggi kedua adalah Korea, dengan persentase 25 persen, Taiwan menempati posisi selanjutnya dengan persentase 15-20 persen, dan di posisi terakhir adalah Indonesia. "Khusus Indonesia, agak sulit untuk menghitungnya karena kondisi negaranya yang punya banyak pulau. Tapi jika dihitung-hitung untuk kota Jakarta saja mencapai 10 persen," katanya.
Dari persentase ini, ternyata juga diperoleh data bahwa sebagian besar orang Asia (Korea, Taiwan, dan Indonesia) ingin memperbaiki bagian hidungnya karena pesek dan cenderung besar. Selain memperbaiki hidun, orang Indonesia juga banyak yang ingin menyamarkan garis senyumnya (nasolabial) yang terlalu dalam agar terlihat lebih muda.
Persentase ini tidak hanya dihitung dari pasien perempuan, tapi juga laki-laki. Uniknya, laki-laki dan perempuan punya tujuan dan alasan yang berbeda dalam menjaga penampilannya. Dr Hsu mengungkapkan, para pria menjaga penampilannya agar bisa lebih sukses dalam karier dan pergaulannya, sedangkan perempuan menjaga penampilan agar bisa menarik perhatian lawan jenisnya.
Editor :
Dini