Ibu Muda Bergulat Antara Studi dan Anak

Beranda - Kompas Female
http://4skripsi.blogspot.com/
Ibu Muda Bergulat Antara Studi dan Anak
Dec 17th 2012, 07:48

KOMPAS.com - Della YA Temenggung (36) dan suaminya, Agus Abdullah (37), ketika itu sama-sama dosen muda di Institut Teknologi Bandung (ITB). Mereka bersama mengejar peluang studi doktoral di luar negeri, pada universitas yang sama. Hal itu karena mereka tak ingin salah satu merasa tertinggal atau berkorban demi pasangannya. Mereka pun tak ingin hidup terpisah.

Awal 2003, Della memulai studi master dan doktor bidang ekonomi di Australian National University, Australia. Suaminya juga menyiapkan riset doktoral di sana. Azzam, anak pertama mereka–ketika itu berusia sekitar dua tahun–menyertai orang tuanya.

Tak disangka, baru memulai studi, Della mendapati dirinya mengandung anak kedua. Meski sempat kaget, ia dan suami sepakat tetap sama-sama melanjutkan studi, sambil bahu-membahu merawat dua anak.

Bukan hal mudah. Aaqil, putra keduanya, menolak minum air susu ibu (ASI) lewat botol. Ia juga tak mau disuapi makanan tambahan kecuali oleh orangtuanya. Karenanya, meski kuliah dan mengerjakan riset, tiap 2-3 jam sekali Della menyusui Aaqil di tempat penitipan anak. "Suami juga datang ke sana tiap jam makan untuk menyuapi."

Tantangan terberat Della adalah berdamai dengan kenyataan bahwa menempuh studi sambil merawat anak kecil dan bayi membuatnya tak bisa mencapai peringkat terbaik. "Saya harus terima kenyataan bahwa kadang saya tidak bisa belajar maksimal, tidak bisa jadi diri saya yang dulu. Saya harus jaga kesehatan mental saya, agar mental anak saya juga sehat."

Setelah si bungsu disapih pada usia dua tahun, barulah Della lebih menggenjot kinerja studi. Ia juga sempat memimpin Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia pada 2006-2007. Kini, ia bekerja sebagai Ekonom Bank Dunia di Jakarta dan dikaruniai tiga anak.

Berbagi dengan suami
Perjuangan yang sama dilalui Dewi Suryani (37). Setelah meraih master bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM) dari Universitas Twente, Belanda, ia bekerja di perusahaan multinasional, tetapi tetap menyimpan keinginan studi S-3.

Kesempatan studi datang menjelang ia menyiapkan pernikahan. Menikah pada Januari 2006, sembilan bulan kemudian Dewi memulai studi master riset dan doktor di Universitas Glasgow Caledonian, Skotlandia. Semula, ia memilih berangkat sendiri dan sesering mungkin pulang ke Indonesia untuk bertemu suami, Rendra Permadi (38).

"Saya tak ingin suami meninggalkan pekerjaannya demi saya," ujarnya.

Tujuh bulan menjajal hidup terpisah, Dewi dan Rendra merasa itu bukan pilihan terbaik. Mereka pun membulatkan tekad tinggal bersama di Skotlandia. Setibanya di sana, Rendra bekerja, mulai dari jadi tenaga tambahan yang hanya dipanggil saat perlu, hingga akhirnya bekerja permanen.

Anak pertama, Zhafran (3 tahun 10 bulan), lahir saat Dewi menempuh studi doktoral. Menjadi ibu adalah keinginannya sejak lama, meskipun ia menyadari itu membuat keadaan lebih rumit.

Studi S-3 menuntut kemandirian, kedisiplinan, dan motivasi tinggi. "Rasanya dari melek mata pagi sampai tidur pun otak tidak pernah berhenti memikirkan penelitian. Meski begitu, saya tidak ingin mengesampingkan target pribadi lainnya, termasuk mempunyai anak."

Dewi dan suaminya berbagi tugas merawat anak dan membereskan urusan domestik. Sejak Zhafran lahir, Rendra pindah kerja di hipermarket dengan giliran kerja malam. Bergantian ia menjaga anak dengan sang istri yang menggarap penelitian di kampus.

Ketika Zhafran berusia 2,5 tahun, Dewi melahirkan anak kedua, Ammar. "Saya berusaha menyelesaikan tesis sebelum melahirkan, tetapi kadang otak dan fisik tidak bisa diajak kompromi. Akhirnya, saya melahirkan saat bab terakhir masih setengah jalan."

Tak jarang, Dewi menulis tesis di tempat tidur bersama dua anak yang terlelap, sementara suaminya bekerja malam. "Buat saya, 'me time' adalah saat bisa datang ke kampus dan bekerja di sana, fokus dengan penelitian, karena sulit sekali berkonsentrasi di rumah."

Segala kesulitan, termasuk ketika anak sakit, mereka hadapi berdua. "Kejadian seperti itu membuat kami semakin kuat sebagai pasangan, karena memang kami hanya dapat mengandalkan satu sama lain," ujar Dewi yang kini mengajar paruh waktu di Glasgow Caledonian.

Bukan ambisi pribadi
Menjadi doktor dengan penelitian yang berguna juga mimpi Kimzana Sari (37). Ia mendapat beasiswa pascasarjana di Universitas Tilburg, Belanda. Tahun kedua kuliah, ia membawa dua anaknya, Laila dan Mecca–saat itu 8 tahun dan 5,5 tahun–ke Belanda. Suaminya, Joko Yuliantoro (36), baru pindah bekerja di sebuah perusahaan multinasional dan tetap di Jakarta.

"Aku bawa anak-anak bukan hanya demi ambisi pribadi. Aku dan suami sepakat memberi lingkungan bertumbuh yang baik buat anak-anak," ujar tamatan Matematika ITB yang biasa dipanggil Kim ini.

Tiga pekan setibanya di Tilburg, Kim mendapati dirinya hamil. Kehamilan ini membuatnya cemas. Selain di luar rencana, dua kali kehamilan Kim sebelumnya selalu berat. Ia berharap kehamilan ketiga itu lebih mudah agar ia bisa tetap meneruskan studi dan merawat dua anaknya yang sudah masuk sekolah di Belanda. Tabungan pun sudah terkuras untuk memindahkan mereka ke Belanda.

Ternyata, pada pekan ke-4 kehamilan, Kim mulai muntah darah. Tak ada pilihan lain, ia memboyong anak-anak pulang lagi ke Jakarta. "Dulu aku berangkat ke Tilburg demi anak-anak, pulang pun demi anak."

Delapan bulan berikutnya, lebih banyak dilewatkan Kim di tempat tidur dengan kesakitan mendera seluruh tubuh. Kehamilan yang amat berat, membuatnya nyaris tak bisa berpikir. "Aku cuma melihat tubuhku sedang menjalankan satu fungsi: mengantar satu manusia baru hadir ke dunia. Tak ada fungsi lain yang bisa kulakukan saat itu."

Kini, setelah melahirkan Niyas (8 bulan), Kim merasa begitu banyak hal dapat ia syukuri. "Anak-anak sehat, gembira bersekolah, dan bangga dengan orangtuanya. Niyas sedang lucu-lucunya. Suamiku begitu baik dan kariernya berkembang pesat."

Kim masih menyimpan keinginan merampungkan studi doktoral, tetapi ia bertekad tak akan melakukannya dengan mengorbankan anak-anak dan suami.

(Nur Hidayati)

Sumber: Kompas Cetak

Editor :

Dini

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post