KOMPAS.com — Sudah banyak studi yang menyatakan adanya hubungan antara keadaan mental ibu dan kesehatan janin. Ternyata bukan hanya keadaan mental ibu yang berpengaruh terhadap kesehatan janin, keadaaan mental ayah pun berpengaruh. Demikian menurut sebuah studi terbaru para ilmuwan di Norwegia.
Studi ini menganalisis data lebih dari 31.000 anak di Norwegia dengan informasi tentang keadaan mental ayahnya. Sebanyak 17 hingga 18 minggu kehamilan, 3 persen dari ayah anak-anak tersebut dilaporkan menderita gangguan kesehatan mental.
Hasilnya, studi yang dipublikasi di jurnal Pediatrics ini menyatakan bahwa anak-anak yang ayahnya dilaporkan menderita tekanan psikologis cenderung lebih memiliki risiko gangguan perilaku dan emosi saat usia balita. Hubungan antara kesehatan jiwa ayah dan gangguan perilaku anak saat balita tetap kuat bahkan setelah para peneliti memperhitungkan kesehatan jiwa sang ibu dan beberapa faktor lainnya, seperti tingkat pendidikan dan status pernikahan yang mungkin dapat memengaruhi kondisi psikologis dan perilaku anak.
"Bagi orangtua dan dokter, pesan ini seharusnya sudah jelas. Kita perlu menyadari depresi pada kedua orangtua mulai dari awal kehamilan. Studi ini juga menunjukkan bahwa dokter harus melakukan skrining untuk depresi pada orangtua dan dilakukan secara rutin, dan segera melakukan penanganan apabila depresi pada orangtua terdeteksi, " kata James Paulson, profesor psikologi di Old Dominion University di Norfolk yang tidak terlibat dalam penelitian ini.