KOMPAS.com - Perempuan punya hak dan kemampuan yang setara untuk terjun ke kancah politik. Bukan semata memenuhi kuota, namun untuk berpartisipasi aktif menyuarakan ragam isu di berbagai bidang yang dikuasainya, terutama untuk menyuarakan kepentingan perempuan akan pemberdayaan dan kesetaraan.
Kepada finalis Puteri Indonesia 2012-2013, Linda Amalia Sari Gumelar, S.IP, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengatakan butuh lebih banyak perempuan terjun di dunia politik, masuk legislatif, untuk menyuarakan kepentingan perempuan bukan hanya sekadar mengisi kuota. Hal ini disampaikannya dalam Pembekalan Pemilihan Puteri Indonesia (PPI) 2012-2013 di Hotel Sahid Jakarta.
Menurut Linda, finalis Puteri Indonesia semakin berkualitas dari tahun ke tahun, semakin kritis dan peduli. "Ini membuktikan seleksinya ketat. Dari tahun ke tahun ada peningkatan, keseriusannya terlihat kuat dalam pertanyaan yang diajukan tentang demokrasi bagi kepentingan perempuan misalnya. Mereka kritis dan berwawasan juga memiliki kepedulian terhadap masyarakat seperti kekerasan terhadap anak jalanan. Ini menunjukkan mereka sudah terpanggil untuk peduli," ungkapnya kepada pers di Jakarta, Jumat (25/1/2013).
Linda mengatakan, perempuan muda usia 19-27 ini memiliki potensi besar untuk bisa berpartisipasi aktif di politik demi menyuarakan kepentingan perempuan. Untuk bisa sukses berpolitik, perempuan harus memiliki minat dan panggilan. Selain tentunya memiliki kemampuan untuk bersaing di berbagai bidang.
"Agar mampu bersaing, harus punya panggilan berpolitik, loyal kepada partai terutama negara," sarannya.
Salah satu kontestan, Nadia Ingrida, 23, dari DKI Jakarta 3 menunjukkan ketertarikannya dengan dunia politik saat sesi pembekalan bersama Linda. Seusai pembekalan, kepada Kompas Female mahasiswa Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia ini mengaku berminat menjadi diplomat. Baginya, keterlibatan perempuan dalam dunia politik tak harus masuk ke legislatif.
"Menyuarakan kepentingan perempuan dan berpolitik tak harus masuk DPR. LSM juga bisa jadi sarana perempuan untuk menyampaikan aspirasi ke pemerintah. Intinya kan menyampaikan aspirasi," ungkapnya.
Bahkan, bagi Nadia, keterlibatannya di PPI juga bisa menjadi kendaraan untuk terjun berpolitik, termasuk menyuarakan perempuan mendapatkan haknya, bebas diskriminasi, dan menunjukkan bahwa perempuan adalah aset penting bagi pembangunan nasional.
"Perempuan adalah aset penting pembangunan nasional. Bahkan sebagai ibu, perempuan bisa melahirkan sosok pemimpin yang dapat membawa perubahan lebih baik," tuturnya.
Menurut Nadia, untuk menyuarakan aspirasi dan berpolitik, penting bagi perempuan untuk memahami situasi politik agar bisa menguasai keadaan dan tidak mudah terpengaruh hal negatif. "Perempuan harus mandiri, disiplin dan memiliki komitmen yang kuat, termasuk dalam berpolitik," tutur perempuan kelahiran Ende, 14 Oktober 1990 ini.
Dengan latar belakang pendidikannya, Nadia juga berharap bisa berperan aktif meningkatkan sosialisasi politik untuk masyarakat, menciptakan Indonesia yang lebih jujur, adil, serta mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
"Kita jangan hanya menuntut, tapi juga perlu menciptakan keseimbangan dan kesinambungan antara pemerintah dan masyarakat, dengan semakin terbukanya sosialisasi politik di masyarakat," tandasnya.
Editor :
wawa