KOMPAS.com - Memasuki hari ketujuh karantina Puteri Indonesia 2012-2013, 38 puteri daerah yang terpilih sebagai finalis diajak berbincang santai dengan para senior yang sudah lebih dulu meraih predikat Puteri Indonesia. Zivanna Letisha Siregar (Puteri Indonesia 2008), Rahma Landy (Runner Up 2 Puteri Indonesia 2006), dan Zukhriatul Hafizah (Runner Up 2 Puteri Indonesia 2009), berbagi pengalaman mereka dalam sesi pembekalan Puteri Indonesia 2012-2013.
Bagi ketiga Puteri Indonesia ini, masa karantina menjadi masa yang menyenangkan. "Menyenangkan karena bisa kenal dengan orang-orang dari seluruh Indonesia. Tetapi sejujurnya, saya juga pernah merasa bosan, lelah, dan ngantuk," ungkap Zivanna, di Hotel Sahid, Jakarta, Selasa (29/1/2013) lalu.
Zivanna, Rahma, dan Hafizah juga mengungkapkan bahwa masa karantina merupakan awal sebuah perjalanan panjang yang akan mengubah masa depan para finalis. Masa karantina merupakan masa terberat, karena itu mereka harus tetap berjuang dan menunjukkan karakter mereka masing-masing sehingga mendapatkan hasil yang terbaik.
"Jika saat karantina saja sudah merasa capek, biasanya dia akan langsung kalah. Sebaliknya yang over percaya diri juga biasanya kalah. Jadi sebaiknya lakukan yang terbaik dan positif sesuai karakter diri, namun tetap menghargai orang lain," saran Rahma.
Sekalipun menjadi Puteri Indonesia adalah impian 38 finalis ini, namun ketiga perempuan cantik dan cerdas ini tetap menekankan untuk bersaing secara positif. Mereka menegaskan bahwa Pemilihan Puteri Indonesia ini punya makna yang lebih positif daripada sekadar kompetisi.
Inti utama ajang ini terletak pada jalinan persahabatan yang kuat antara puteri-puteri daerah di Indonesia, sekaligus ajang menambah ilmu dan pengalaman yang tak akan didapatkan semua orang. Menjalin persahabatan dengan orang-orang dari berbagai daerah pasti akan semakin memperkaya diri.
"Ketika orientasinya (hanya) untuk berkompetisi, Anda tidak akan punya banyak cerita, ilmu, dan pengalaman yang bisa dibagi kepada orang lain. Karena saat kalah, Anda akan merasa terpuruk dan gagal. Puteri Indonesia lebih dari sekadar kompetisi kecantikan," ungkap Zivanna.
Editor :
Dini