Kompas.com - Sindroma baby blues dialami sekitar 80 persen ibu yang baru melahirkan. Perasaan tak berdaya dan mudah marah akibat sindrom ini bahkan bisa memicu depresi. Cegah dengan lebih banyak melakukan kontak kulit dengan bayi.
Perubahan hormonal dan perasaan tidak siap menjalani peran baru sebagai ibu diduga kuat menyebabkan sindrom baby blues. Gejalanya antara lain merasa sedih, cemas, pikiran kompulsif, ketakutan, dan merasa tidak mampu.
Bila tidak ditangani kondisi tersebut bisa berkembang menjadi depresi (postpartum depression). Depresi pasca melahirkan bukan hanya berpengaruh pada ibu, tetapi juga bayi sehingga ia lebih rentan mengalami gangguan perkembangan sosial, emosional, dan kognitif.
Menurut studi dalam Journal of Obstretic, Gynecological, and Neonatal Nursing, melakukan kontak kulit (skin to skin contact) antara bayi dan ibu bisa menjadi terapi alternatif untuk mengatasi baby blues tanpa obat.
Para ibu yang melakukan kontak kulit 6 jam setiap hari selama satu minggu pasca melahirkan, kemudian diikuti dengan kontak kulit 2 jam setiap hari diketahui memiliki gejala depresi lebih rendah.
Bagi bayi, pelukan, sentuhan atau ciuman akan memuaskan kebutuhan mereka pada kontak manusia dan meningkatkan ikatan. Kegiatan tersebut juga merangsang pengeluaran hormon oksitosin pada ibu. Bayi dan ibu juga akan merasa lebih rileks dan nyaman.
Penelitian yang dimuat dalam jurnal Pediatrics menyebutkan kontak kulit sekitar 3 jam setiap hari akan mengurangi frekuensi menangis bayi. Hal ini pada akhirnya akan mengurangi rasa stres ibu. Bayi juga bisa tidur lebih nyenyak dan lebih lama.
Olahraga juga berperan penting dalam mengurangi risiko baby blues dan depresi pasca melahirkan. Aktivitas fisik akan melepaskan endorfin yang membantu kita merasa lebih bahagia dan meningkatkan temperatur tubuh sehingga memicu rasa nyaman.