KOMPAS.com - Disfungsi seksual tidak hanya dialami oleh pria. Wanita pun dapat mengalaminya. Bahkan diprediksi ada sekitar 40 persen wanita yang menderita gangguan seksual. Gangguan seksual pada wanita biasanya disebabkan oleh penyakit fisik, namun sering juga dikaitkan pada faktor psikologis.
Gangguan ini setara dengan impotensi pada pria dan dikenal dengan nama gangguan gairah seksual wanita atau female sexual arousal disorder (FSAD).
Ketika pria maupun wanita terangsang secara seksual, darah akan lebih banyak dan cepat mengalir pada alat genitalnya. Pada wanita, hal ini akan menyebabkan perubahan antara lain pembengkakan klitoris dan jaringan di sekitarnya, sekresi lubrikasi vagina, otot vagina relaksasi sehingga lubang vagina terbuka lebih lebar untuk mempermudah senggama.
Orang dengan FSAD mungkin dapat memiliki hasrat untuk melakukan hubungan seksual, namun area genitalnya tidak mampu merespon secara normal. Akhirnya, hubungan seks menjadi menyakitkan bagi mereka, bahkan tidak mungkin dilakukan.
FSAD dapat merupakan efek samping dari gangguan kesehatan lain seperti hipertensi atau diabetes. Gangguan ini juga dapat disebabkan oleh iritasi dan infeksi. Selain itu, FSAD seringkali dihubungkan pada faktor psikologis, antara lain foreplay yang tidak efektif, depresi, self-esteem yang kurang, pelecehan seksual, stres, dan rasa takut hamil.
Gejala dari disfungsi seksual wanita meliputi kurangnya gairah seks, tidak dapat menikmati seks, tidak cukup lubrikasi vagina, atau kegagalan dalam mencapai orgasme meskipun telah terangsang.
Keadaan tidak dapat mencapai orgasme atau dikenal dengan anorgasmia merupakan gangguan seksual yang dialami oleh lima sampai 10 persen wanita. Anorgasmia dapat disebabkan dari pengalaman hubungan seksual yang membuat trauma, kecemasan, sampai pendidikan yang ketat sehingga menyebabkan gangguan respon seksual.
Studi telah menyarankan kepada wanita dengan FSAD untuk mengonsumsi Viagra karena dapat meningkatkan aliran darah ke organ seksual. Kendati demikian, masih dilakukan penelitian untuk memastikan efektivitas Viagra pada wanita.
Studi tahun 2009 mengatakan Viagra efektif secara moderat untuk mengatasi FSAD, begitu pula dengan obat multipel sklerosis, diabetes, atau antidepresan. Namun, masih perlu studi lebih lanjut untuk mengonfirmasi temuan ini. Studi kecil tahun 2011 mengatakan bahwa tidak ada dampak positif dari penggunaan obat-obatan ini bagi wanita menopause.
Para peneliti menyarankan wanita dengan FSAD untuk menggunakan pelumas saat berhubungan seksual. Bahkan juga disarankan melakukan latihan Kegel untuk menguatkan otot vagina. Selain itu, dalam proses pengobatan juga diperlukan konseling dengan psikolog, baik barupa pelatihan untuk melakukan foreplay maupun teknik stimulasi seksual.