KOMPAS.com - Pameran kerajinan terbesar, Inacraft, kembali digelar. Bertempat di Jakarta Convention Center, pameran yang sudah memasuki tahun ke-15 penyelenggaraannya ini diadakan mulai 24-28 April 2013. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Inacraft selalu sukses menghadirkan ribuan pengunjung, baik warga Jakarta dan sekitarnya maupun turis asing yang kebetulan sedang berkunjung di Indonesia.
Tahun ini ada sekitar 1.600 peserta pameran yang turut serta dalam pameran yang menawarkan berbagai kerajinan khas Indonesia, dari produk-produk fashion, kain tradisional, kerajinan tangan, hingga perlengkapan rumah tangga. Masing-masing produk dibagi dalam beberapa ruang pameran, seperti ragam kerajinan dan perlengkapan rumah tangga di Main Lobby dan Plenary Hall, batik dan aplikasinya, perhiasan dan fashion di Hall A, atau ragam kerajinan tangan di Hall B.
Salah satu daya tarik utama Inacraft adalah hadirnya berbagai produk kerajinan daerah yang sehari-hari mungkin akan sulit Anda temukan di Jakarta. Pengunjung umumnya betah menelusuri stan-stan kain tradisional dari batik, rajut, bordir, tenun, hingga songket. Menariknya, berada di satu ruang pameran saja Anda bisa melihat beragam kain dari berbagai daerah.
Seperti saat mengitari ruang Assembly Hall, yang tak jauh dari pintu masuk, Anda bisa menemukan kain batik tulis dari Lasem. Salah satunya ada di pojok milik Joko Sri Purwanto, batik tulis lasem Sekar Mulyo. Booth-nya ramai dengan kain, memenuhi dinding hingga bertumpuk meninggi.
Batik tulis lasem di sini bervariasi dari yang kasar sampai halus, dengan motif besar-besar hingga yang isen-isennya halus dan rumit. Harganya dimulai dari yang 100 ribuan hingga 1,5 juta rupiah.
Anda mungkin tak percaya bahwa kain batik lembaran dengan panjang rata-rata 2 meter harganya hanya Rp 100 ribuan. Namun harga memang ditentukan oleh bahan kain, motif batik, dan warna yang digunakan. Batik tulis seharga Rp 100 ribuan biasanya hanya menggunakan satu warna, dengan motif yang besar-besar.
Sebaliknya, makin halus dan rumit motifnya, serta makin beragam warnanya (yang membutuhkan proses pencelupan berulangkali sehingga membutuhkan proses pembuatan lebih lama) harganya makin mahal. Kain yang paling mahal di sini contohnya batik lasem motif tiga negeri.
Tak jauh dari sana, ada batik Klaten di My Batik. Di stan ini, Wakil Presiden Boediono bersama sang istri, Herawati, sempat membeli kain batik tulis sewaktu pembukaan Inacraft, Rabu (24/4/2013) lalu.
Stan My Batik menawarkan berbagai ragam kain batik. Selain batik tulis, juga ada yang campuran antara batik tulis dan cap, serta batik printing. Yang dipilih oleh ibu Herawati Boediono merupakan batik tulis halus berwarna dasar gelap seharga 2,5 juta rupiah.
"Proses pengerjaan yang lama dan motifnya yang rumit, turut menentukan harga," ujar Dyah Evi Kurniasari, memberi penjelasan pada pengunjung booth-nya.
Kalau Anda menginginkan tenun dan songket, ada yang khas dari Palembang, Sumatera Selatan di Galeri Benang Sumsel. Di sini bisa ditemukan tenun khas bermotif blongsong dengan bahan katun dan sutera.
Selain kain potongan, ada juga yang sudah dijahit menjadi kain dan selendang dengan harga berkisar antara Rp 850-900 ribuan. Untuk kain, bisa juga membeli per meter seharga Rp 125 atau 225 ribuan. Kain tenun bermotif songket juga jadi salah satu andalan.
Bagaimana kalau mau tenun lurik? Di Inacraft ada banyak sekali yang bisa dikunjungi, salah satunya Yoga Art Design dari Solo. Tenun lurik yang dihadirkan bermotif batik dengan seratus persen berbahan katun dan dijamin tidak mudah luntur. Harga dua meter kain tenun lurik ini senilai Rp 250.000, ada juga pilihan pakaian jadi dari harga Rp 300 ribuan.
Semua harga yang disodorkan di pameran, bisa ditawar. Tergantung jenis pendekatan dan tentunya tak jauh-jauh dari harga jual.
Editor :
Dini