Kompas.com - Buah merupakan sumber vitamin dan serat yang wajib masuk dalam menu harian, termasuk pola makan anak-anak. Bagi anak yang tak suka buah, kebanyakan orangtua akan menggantinya dengan jus buah. Tetapi hal tersebut ternyata tidak disarankan dokter gigi karena kandungan gula dalam jus buah akan merusak gigi.
Jus buah yang tidak diberi gula tambahan memang bisa memenuhi satu porsi asupan buah yang direkomendasikan. Tetapi jus buah dibuat dengan proses penghancuran buah yang ternyata dapat menghasilkan gula yang dapat merusak gigi, bahkan meski tanpa pemberian gula tambahan. Para ahli menyebutkan bahwa gula yang dihasilkan dari buah yang dihancurkan untuk jus lebih dapat merusak gigi daripada dari buah yang dimakan utuh.
British Dental Association merekomendasikan para orang tua untuk membatasi pemberian jus buah dan smoothies pada anak mereka. Batas pemberian adalah tidak lebih dari 150 ml jus buah persajian.
Kepala eksekutif British Dental Health Foundation dr. Nigel Carter mengatakan, orangtua mungkin dapat menghancurkan gigi anaknya akibat tidak sadar pengaruh buruk dari jus buah. "Jus buah menjadi bertambah populer karena kandungan buahnya yang dinilai sehat, namun ternyata jus buah mengandung kadar gula tinggi dan asam yang dapat merusak gigi," ujarnya.
Kendati demikian, Carter mengakui, sulit untuk menghilangkan makanan dan minuman manis sekaligus dalam pola makan anak-anak. Untuk mengimbanginya, penting bagi orangtua untuk mengatur makanan atau minuman yang dikonsumsi di sela-sela waktu makan besar.
"Pastikan mereka hanya minum air dan susu di antara waktu makan," ujarnya. Untuk mendapatkan manfaat buah, disarankan untuk mengonsumsinya dalam bentuk segar atau salad.
Ia mengatakan, kesehatan gigi anak secara umum lebih baik apabila mereka hanya mengonsumsi makanan dalam 3 waktu makan besar, dibandingkan dengan 7 hingga 10 waktu makan dengan makanan yang mengandung banyak gula.
Sedangkan smoothies atau buah yang diblender, papar Carter, merupakan minuman yang "menakutkan" bagi kesehatan gigi. Smoothies terkonsentrasi, sering diselipkan di sela-sela jam makan dan dapat menempel pada gigi.
"Pesan penting yang perlu diingat adalah bukan pada jumlah gula yang anak makan atau minum, melainkan frekuensi makanan dan minuman manis dalam pola makan mereka," tandas Carter.
Pakar diet dan penulis "Fat Chance: The Bitter Truth About Sugar" dr. Robert Lustig mengatakan, konsumsi gula dengan kadar tinggi, baik dari buah maupun gula lainnya, dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk terkena obesitas, serta risiko kesehatan yang terkait seperti penyakit jantung, diabetes, dan penyakit hati.