KOMPAS.com - Memuji mungkin menjadi ekspresi yang menunjukkan rasa bangga sekaligus menumbuhkan motivasi anak. Pujian akan menambah rasa percaya diri anak, sehingga membuatnya lebih yakin untuk melakukan sikap-sikap yang baik.
Itu sebabnya melayangkan pujian tidak boleh sembarangan karena ada beberapa pujian yang justru memicu perkembangan pribadi kurang baik bagi si kecil, seperti tidak jujur, lebih mementingkan hasil, narsistik, dan lain-lain. Maka penting untuk mengetahui pemilihan pujian yang tepat bagi anak.
Menurut psikolog Febria Indra Hastati dari Brawijaya Clinic Jakarta, pujian perlu diberikan pada anak, asalkan sesuai dengan kemampuan anak, spesifik, tidak berbohong dan melebih-lebihkan. Misalnya, ketika anak mau makan sayuran, puji si kecil sebatas apa yang sudah dilakukan.
"Pujian seperti 'wah adik hebat, sekarang paling pintar makan,' sebenarnya tidak spesifik dan terlalu berlebihan. Padahal maksudnya hanya untuk memuji bahwa anak sudah mau makan sayuran," tutur Febri.
Ia menambahkan, sebaiknya gantilah dengan kalimat, 'wah adik sekarang mau makan sayuran'. "Intinya, spesifik pada yang anak lakukan," tandas Febri seusai talkshow "Inspiring Moms & Kids" Sabtu (20/4/2013) di Jakarta.
Pujian, lanjut Febri, juga perlu diberikan dalam rentang waktu yang proporsional dengan frekuensi yang tidak berlebihan. "Pujian yang berlebihan diberikan akan membuatnya tidak spesial. Bukannya memotivasi, pujian akan dianggap anak sebagai aktivitas yang membosankan," tuturnya.
Cara memuji juga perlu diperhatikan. Febri menjelaskan, pujian sebaiknya tidak diikuti dengan membanding-bandingkan anak dengan anak lain. Hal tersebut akan memicu kecemburuan dan rasa iri bagi anak yang dibandingkan.
Sebaliknya, pujian boleh diberikan di depan anggota keluarga lain seperti kakek, nenek, paman, bibi, kakak, bahkan guru. "Hal tersebut akan membuat pujian terasa lebih bermakna dan mengena di hati anak," pungkas Febri.