JAKARTA, KOMPAS.com - Tanto Kurniawan (59), Presiden Komisaris PT Graha Buana Cikarang, anak perusahaan PT Jababeka, sudah enam tahun tidak makan nasi. Hasilnya fantastis. Tahun 2007 beratnya sekitar 100 kg, kini beratnya 86,5 kg.
Tiga minggu pertama, saya merasa sengsara karena tidak makan nasi. Setelah terbiasa, saya menikmati keadaan ini. Saya malah risih jika melihat orang makan sampai tambah dua-tiga piring.
-- Tanto Kurniawan
Profesional di bidang properti yang memiliki tinggi 180 cm ini masih ingin mewujudkan berat badan ideal 80 kg. Pada tahun 2007 silam, pinggang celananya antara 36 dan 38, kini sudah 33. Sedangkan kemejanya dari ukuran XL kini menjadi M.
Gaya hidup sehat seperti apa yang diterapkan mantan Presiden Direktur dan CEO Paramount Group ini?
Dalam percakapannya dengan Kompas hari Kamis (11/4/2013) siang, Tanto Kurniawan menjelaskan, ia tetap makan sehari tiga kali. Saat makan pagi, biasanya ia menikmati dua potong tahu goreng atau pisang goreng atau tempe goreng bersama buah dan jus.
Sedangkan pada saat makan siang, ia menikmati sayuran, ikan, dan buah. Sayuran yang biasanya dimakan adalah yang ditumis dengan bawah putih, atau sayur mentah maupun sayur rebus. Sayur-sayuran ini dapat dijadikan salad, namun ia tidak menambahkan mayonais dalam salad itu. Porsi makan siangnya satu piring.
Saat makan malam, Tanto biasanya makan tahu goreng atau tahu kukus, yang dimakan dengan kecap yang dicampur cabe rawit. Namun yang sering dilakukannya adalah makan buah melon atau pepaya dan jeruk. Tanto tidak makan malam setelah pukul 18.30. Jika sudah melebihi waktu itu, ia memutuskan untuk tidak makan malam, dan hanya minum tiga gelas air putih, yang kadang-kadang dikombinasikan dengan teh hijau. Tanto mengaku tidur pukul 22.00 dan jarang sekali begadang hingga larut malam.
"Tiga minggu pertama, saya merasa sengsara karena tidak makan nasi. Setelah terbiasa, saya menikmati keadaan ini. Saya malah risih jika melihat orang makan sampai tambah dua-tiga piring," kata Tanto yang tidak menikmati nasi goreng lagi.
Tanto memilih makan ikan dan sayuran, dan tidak makan daging dan tidak makan nasi. Ikan yang dimaksud bisa ikan goreng, ikan bakar, ataupun ikan yang dikukus. Hidangan itu dikombinasikan dengan lalap mentah atau sayur rebus, timun mentah, kol mentah, daiun lotus, daun kemangi yang biasa ada di restoran sunda, bunga pepaya di restoran manado, ataupun daun singkong di restoran padang.
Ia juga menghindari makan keju dan makan roti karena memiliki karbohidrat yang lebih tinggi. Ia juga tidak minum minuman yang mengandung gula. "Kalau minum jus, saya pilih fresh juice," katanya.
Menerapkan pola makan sehat bisa dilakukan Tanto di mana saja. Ketika berada di luar negeri, ia makan salad dan ikan.
Olahraga teratur
Tanto Kurniawan menambahkan, selain menerapkan gaya hidup makan sehat, ia juga melakukan olahraga teratur. Ia membeli perlengkapan olahraga yang harganya di bawah Rp 10 juta, mulai dari peralatan sepeda statis, peralatan sit up, horse-riding, dan body twist.
"Setiap hari saya sit up sebanyak 70 kali, naik sepeda statis selama 30 menit, melakukan horse riding (yang mengangkat badan) selama 10 menit, body twist (untuk pinggang) 15 menit. Saya melakukan ini di rumah sambil menonton berita pagi," cerita Tanto.
Tanto juga melengkapi olahraganya dengan berenang di rumahnya selama 45 menit setiap hari, kecuali Sabtu dan Minggu. "Dalam dua bulan terakhir ini, berkurang 5 kilogram. Sejak 1 Maret sampai 11 April berat saya berkurang 2 kg," ungkapnya.
Mengapa Tanto memutuskan tidak makan nasi? Ceritanya, pada tahun 2007 ia terjatuh setelah tergelincir dari tangga. Ketika diperiksa, lututnya sobek. Cedera ini sering dialami atlet sepakbola dan biasanya kondisinya parah.
Saran dokter, ia harus mengurangi berat badannya yang pada waktu itu 100 kg. Peristiwa itulah yang membuatnya merasa harus mengubah pola makannya.
Seorang temannya menyarankan agar Tanto tidak makan nasi dan tidak makan daging. "Padahal pada saat itu saya sangat suka rendang dan tambah nasi. Saya juga terbiasa makan jeroan di restoran padang dan rumah makan betawi. Makanan-makanan itu mengandung kolesterol tinggi dan menyebabkan berat badan saya bertambah," katanya.
Setelah mengikuti saran untuk tidak makan nasi dan tidak makan daging, dalam waktu 4 bulan, berat badan Tanto turun 10 kg. Setelah ia giat berolahraga untuk memperkuat pola makan sehatnya, berat badannya turun lagi menjadi 86,5 kg.
Tanto mengakui untuk mewujudkan hal itu, dibutuhkan tekad yang sangat kuat. "Seringkali terjadi perang batin: mengapa tidak makan? Di sisi lain, suara hati menyatakan 'jangan makan'! Tapi perang batin itu tidak terjadi lagi. "Kalau saya makan bersama teman atau dengan keluarga, saya makan dengan cara saya sendiri, tidak terganggu orang lain," paparnya.
Tanto mengatakan, tidak makan nasi juga dilakukan orang barat dan orang India yang cenderung vegetarian. "Orang Indonesia sebenarnya dapat mengganti nasi dengan sayur, daging, dan ikan yang mengandung omega-3 dan omega-6.
"Jika kita tidak makan nasi, bayangkan berapa banyak devisa yang bisa dihemat negara kita bila 5 persen saja penduduk Indonesia tidak mengonsumsi beras. Karena beras di Indonesia saat ini beras impor dari Thailand dan Vietnam," kata Tanto lagi.
Nah, Anda ingin mencoba pola makan sehat dan gaya hidup sehat ini?