KOMPAS.com - Busana dari batik, tenun, dan songket bertemu replika perhiasan nusantara dalam satu peragaan busana. Perpaduannya menghasilkan koleksi yang tampak unik, klasik, dan elegan.
Busana kreasi dari tenun Nusa Tenggara Timur itu tampil mencolok dengan potongan yang modern. Ada juga batik tulis serta songket Bali yang feminin dan elegan. Padupadan aksesorinya dilengkapi kalung yang melingkar dengan hiasan unik. Bentuk aksesorinya macam-macam. Ada yang simpel beruntai, ada juga yang besar dan bertumpuk.
Itulah koleksi busana tradisional dari Essetra dan replika perhiasan Manjusha Nusantara yang diperagakan di Palalada, Alun-alun Grand Indonesia Jakarta, Kamis (25/4/2013) lalu.
Koleksi Essetra (estetika tekstil tradisional nusantara Indonesia) tampak amat beragam, dari segi bahan dan motif, serta warna. Menariknya, bahan tradisional itu hadir dalam 10 outfit dengan potongan bergaya modern. Di antaranya blus tanpa lengan warna hijau berpadu dengan rok motif batik. Ada juga blus biru dengan blazer oranye dengan rok tenun. Koleksi Essetra yang hadir hari itu sangat mewakili ragam bahan tradisi daerah di Indonesia.
Paruh kedua peragaan berikutnya, ada 10 outfit dari koleksi Ayu Mirah bertajuk Face. Songket Bali menjadi dominan di antara bahan tradisional lainnya.
"Koleksi ini saya sebut Face karena mewakili wajah dari kekayaan nusantara, dan cocok kalau dipadupadankan dengan replika Manjusha," ujar Ayu Mirah, saat ditemui usai peragaan.
Koleksi yang dihadirkan cenderung berwarna terang dengan rok dan atasan kebaya. Padu padannya anting besar atau kalung bertumpuk.
Peragaan busana koleksi Essetra dan Ayu Mirah menjadi bagian dari peringatan tahun kedua Manjusha Nusantara. Replika perhiasan nusantara memang sangat pas jika dipadupadankan dengan bahan tradisional.
"Setelah dua tahun, animo masyarakat terhadap perhiasan nusantara makin tinggi, sekarang bisa jadi bagian dari fashion," ungkap Ria Glenn, salah satu pendiri Manjusha Nusantara, optimistis.
Editor :
Dini