KOMPAS.com - Sukses sebuah film ditentukan oleh kompaknya semua divisi dalam proses produksinya. Mulai dari skrip yang matang, arahan sutradara, sinematografi, musik, dan tentu saja pemilihan para pemerannya. Melisa Hana Kristianty, casting director yang pernah menangani film The Raid dan Negeri 5 Menara, meyakini hal itu.
"Menjadi casting director itu dulunya bermula dari sebuah kesempatan yang saya anggap sebagai tantangan, dan begitu mencoba mendalaminya malah ketagihan," kata Icha, panggilannya, yang sudah menangani sejumlah film, FTV, dan sinetron sejak tahun 2003.
Posisi seorang casting director (pengarah peran) memang sangat menentukan dalam pemilihan pemeran. Pemain yang dianggap pas yakni yang bisa menyampaikan isi dari cerita film dan pesan moral ke penonton. Ketika seorang aktor atau aktris dianggap pas dan sukses membawakan karakternya, maka di situlah kepuasan menjadi pengarah peran.
"Jika itu berhasil, maka rasanya puas sekali dan tidak sia-sialah apa yang sudah dilakukan dalam proses casting," ungkap Icha.
Icha tidak serta merta dipercayai sebagai penentu para pemeran dalam film. Dia mengawalinya dari menjadi sekretaris dan unit manager, pernah mengurusi wardrobe, lalu menjadi asisten sutradara, dan kemudian dipercayai sebagai pengarah peran.
Pengarah peran biasanya dipekerjakan oleh produser film untuk merekomendasikan aktor-aktris yang sesuai dengan tokoh dalam film, lalu mengaudisinya. Sebelum tahapan itu, mereka harus membaca skenario dan berdiskusi dengan sutradara mengenai aktor-aktris yang diharapkan. Setelah itu, barulah mereka harus membuat daftar calon pemeran, lalu mengaudisinya.
Pada tahun 2003, Icha mengurusi wardrobe untuk sinetron Jumirah ke Hollywood dan 100 Persen Horor, di bawah arahan sutradara Nayato Fio Nuala. Lalu menjadi asisten sutradara tiga dalam Rindu Kami PadaMu (Garin Nugroho). Posisi pengarah peran dimulai pada film 9 Naga, Mendadak Dangdut, dan Pocong (Rudi Soedjarwo), film Pocong 3 dan XL (Extra Large) arahan Monty Tiwa, Otomatis Romantis (Guntur Sorharjanto), serta Takut (Raditya Sidharta).
"Saat ini sedang menggarap film laga berjudul Message Man, Ini film action kerjasama Indonesia-Australia," ungkap perempuan kelahiran 7 Juli 1981 ini.
Pakai hati
Seorang pengarah peran bertugas menemukan bibit dari para aktor atau pun aktris agar bisa mencapai atau setidaknya mendekati karakter yang dibutuhkan dalam sebuah produksi film. Ini adalah langkah awal yang sangat penting sebelum dipegang oleh sutradara dan pelatih akting.
"Profesi ini menjanjikan kalau dikerjakan dengan sungguh-sungguh, dan yang terpenting pakai 'hati', karena proses regenerasinya cukup berat dan seleksi alam berlaku di bidang ini," tutur Icha.
Seleksi alam terjadi karena umumnya banyak yang tidak tahan lalu mundur perlahan. Sementara perempuan yang mengaku menyukai dunia film ini menjalaninya dengan sungguh-sungguh meski kadang berat.
"Kita harus bisa menuntaskan tanggung jawab dan mengerjakan setiap project yang diberikan dengan terbaik, sehingga orang-orang akan terus percaya untuk memberi project film berikutnya," kata dia.
Untuk menjadi seorang pengarah peran Anda bisa datang dari latar belakang pendidikan apa saja, tidak harus jurusan film. Asalkan Anda memang punya minat ke dunia film. Icha sendiri lulusan akademi sekretaris, yang memang agak melenceng dari bidang film yang kini digelutinya. Tapi menurutnya asal ada kesempatan dan kemauan, praktek dalam pekerjaan lah yang menjadi penting.
"Belajar dengan menjalani tahapannya," kata dia.
Selain menjadi kru tetap di sebuah rumah produksi, pengarah peran juga ada yang bekerja lepas atau tidak terikat (freelance). Dari pandangan Icha, menjadi freelance casting director memberinya banyak pengalaman dan tantangan baru dalam setiap project. Yang pasti, Anda juga masih bisa melakukan aktivitas lain ketika tidak sedang terlibat dalam produksi film.
Editor :
Dini