KOMPAS.com - Melihat muridnya yang kerap hanya makan telur dan tempe tanpa sayuran membuat Nunuk Sri Mulyani tergugah. Dalam pikirannya, pengenalan terhadap konsumsi buah dan sayur mesti digalakkan. Kebun nutrisi lalu menjadi salah satu program andalannya.
Di lahan yang mungkin tidak begitu besar, yakni 150 x 200 meter, kebun kecil itu berisi bermacam sayuran dan buah, seperti kangkung, bayam, tomat, sawi, dan terong. Nunuk mengajari anak-anak yang masih balita itu mengenal tanaman yang menjadi sumber gizi mereka.
"Memang usianya masih kecil, antara dua sampai empat tahun. Makanya disesuaikan pula aktivitasnya, seperti turut menyiram, memperhatikan, dan mengenali jenis makanan yang bergizi buat mereka," ujar Nunuk, saat ditemui di sela-sela dialog Nutritalk yang digelar Sarihusada di Restoran Kembang Goela, Jakarta, Selasa (21/5/2013).
Nunuk menjabat sebagai Kepala Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Rumah Srikandi Kemudo, Klaten, Jawa Tengah. Bersama Sarihusada, ia melihat program pengenalan gizi pada anak sejak dini menjadi sangat penting. Terutama karena masih rendah dan enggannya anak dalam hal konsumsi sayur dan buah, jika dibandingkan jenis makanan lain seperti karbohidrat, protein, dan lemak.
"Program ini selain mengenalkan gizi pada anak sejak dini, juga sekaligus ditujukan pada ibunya yang mengantar dan menemani," ujarnya menambahkan.
Dalam program kebun nutrisi, anak-anak diajak menanam, menebar benih, mengamati perkembangan tanaman, lalu memanen. Dari hasil panenan yang diperoleh mereka lalu diajak mengenal proses memasak, sehingga akhirnya anak-anak tersebut lebih berkeinginan untuk makan sayur. Proses memasak hasil tanaman dibikin lebih menyenangkan.
Sebelum sampai pada program pengenalan gizi lewat kebun nutrisi, Nunuk telah menjalani banyak program untuk anak-anak. PAUD Rumah Srikandi sendiri berdiri sejak tahun 2007, berangkat dari minimnya pendidikan anak pra-sekolah di Kemudo. Awal berdiri, seperti disampaikan Nunuk, tempat dan fasilitas masih seadanya.
"Upaya yang kami lakukan ini demi anak-anak Kemudo yang sehat dan cerdas," ujarnya beralasan.
Untuk mewujudkan keinginan itu, Nunuk lalu bersosialisasi dengan posyandu, bahkan juga turut melibatkan dokter hewan untuk menjadi pengajar. Sekarang, total ada 13 orang yang ada di PAUD untuk mengajar dan mengelolanya. Uang sekolah di sini tergolong murah, hanya sebesar Rp 10.000.
"Kami tidak mau memungut biaya banyak, karena ini kami lakukan dengan ikhlas," ujarnya.
Editor :
Dini