KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia kembali meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran virus Corona menyusul kasus infeksi baru di Arab Saudi yang menimbulkan korban tewas. Pada Rabu (1/5) lalu, The National IHR Focal Point of Saudi Arabia melaporkan tujuh infeksi virus corona pada rumah sakit di provinsi bagian timur Arab Saudi. Sebanyak lima korban dilaporkan meninggal, sedangkan dua lainnya dalam kondisi kritis.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI, Prof.dr Tjandra Yoga Aditama, dalam keterangan pers Senin (6/5/2013) menyatakan, laporan kasus infeksi ini telah dilaporkan ke Badan Kesehatan Dunia (WHO). Laporan ini tergolong baru, karena tidak ada laporan kasus serupa sejak September 2012.
"Serangan ini termasuk baru, karena itu belum ada vaksinnya. Namun kita dapat melakukan usaha pencegahan lain," kata Tjandra.
Sejauh ini, kata Tjandra, sudah ada 24 kasus yang didapatkan WHO berkaitan dengan serangan Novel Corona Virus (nCoV). Sebanyak 16 kasus meninggal, yang mengindikasikan angka case fatality rate (CFR) mencapai 66,66 persen. Hal ini tentu menuntut kewaspadaan karena banyaknya jama'ah haji dan tenaga kerja di Saudi Arabia.
Serangan corona, lanjut Tjandra, hinga saat ini belum ditemukan di daerah penginapan maupun ibadah jama'ah haji. Untuk menghindari infeksi serangan virus corona, Tjandra menekankan pentingnya menjaga kebersihan dan menjaga kesehatan tubuh.Jama'ah haji dan para tenaga kerja disarankan untuk melakukan kebiasaan cuci tangan pakai sabun (CTPS). Kebiasaan sederhana ini akan menimimalisir serangan virus yang masuk ke dalam tubuh.
Sampai saat ini belum diketahui asal mula dan pencegahan corona. Gejala serangan infeksi corona mirip serangan flu pada umumnya. Namun serangan corona, kata Tjandra, relatif lebih berat. Korban corona akan merasa sangat lemas sampai tidak bisa bangun. Bila disertai batuk, suara batuk terdengar sangat keras.
"Korban corona biasanya sudah memiliki penyakit kronis sebelumnya. Penyakit semakin parah dengan adanya infeksi corona," kata Tjandra.
Oleh karena itu, Tjandra menyarankan setiap orang yang merasa tidak enak badan segera memeriksakan diri sesampainya di negara tujuan. Pemeriksaan sesegera mungkin akan mencegah virus tersebar. Korban juga bisa segera mendapat terapi pengobatan.
Pemerintah, menurut Tjandra juga akan melaksanakan pengawasan pada kasus Severe Acute Respiratory Infection (SARI) dengan sebab yang tidak jelas. Pengawasan dilakukan pada setiap pintu masuk di pelabuhan laut dan udara. Tjandra juga mengharap partisipasi masyarakat segera melaporkan bila ada orang disekitarnya menderita gejala flu berat, sepulang dari Saudi Arabia.
Mungkinkah sampai Indonesia?
Sampai sekarang, kata Tjandra, serangan nCoV belum ditemukan di Indonesia. Kendati begitu, tidak menutup kemungkinan serangan corona sampai Indonesia. "Prinsipnya serangan virus bisa berpindah, karena itu peluang sampai Indonesia masih ada. Tapi tidak perlu khawatir sepanjang menjaga kebersihan," kata Tjandra.
Serangan nCoV, menurut Tjandra, antara lain ditemukan di Saudi Arabia dan Inggris. Hal ini dikarenakan banyak orang Arab berkunjung ke benua Eropa. Kunjungan ini membuka peluang penyebaran virus.
Meski sifat nCoV belum diketahui, virus corona umumnya sangat lemah. Virus ini hanya bisa bertahan sehari di luar tubuh. Virus ini umumnya bisa hancur dengan agen pembersih biasa. Karena itu, risiko penularan pada populasi umum rendah. Namun serangan corona virus bisa merangsang terjadinya pneumonia. Serangannya juga bisa mengakibatkan gagal ginjal.