KOMPAS.com - Ketika kehamilan tak kunjung tiba, Anda berdua pasti akan diminta melakukan pemeriksaan kesuburan (infertilitas) oleh dokter. Tes ini tidak hanya harus dilakukan kaum perempuan, tetapi juga kaum laki-laki. Tes laboratorium yang berhubungan dengan infertilitas yang dilakukan pada suami adalah analisis sperma. Tes ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Bentuk dan gerakan sperma yang sekiranya tidak sempurna
Sperma harus berbentuk sempurna serta dapat bergerak cepat dan akurat menuju ke sel telur dan melakukan pembuahan. Bila bentuk dan strukturnya (morfologi) tidak normal atau gerakannya (motilitas) tidak sempurna, sperma tidak dapat mencapai atau menembus sel telur.
2. Konsentrasi sperma
Konsentrasi sperma yang normal adalah 20 juta sel/ml semen atau lebih. Jumlah 10 juta sel/ml atau kurang menunjukkan konsentrasi sel yang rendah (kurang subur). Sedangkan, jumlah 40 juta sperma/ml atau lebih berarti sangat subur. Sebetulnya, jarang kejadian pria sama sekali tidak memproduksi sperma. Kurangnya konsentrasi sperma ini dapat disebabkan oleh terjebaknya testis dalam lingkungan yang panas. Lingkungan itu terbentuk jika suami selalu memakai celana ketat, terlalu sering berejakulasi (hiperseks), merokok, sering minum alkohol, dan kelelahan.
3. Ada atau tidak semen
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang pria.
4. Kondisi hormon testosteron
Kekurangan hormon ini dapat memengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi sel sperma.
5. Kelainan genetik
Dalam kelainan genetik yang disebut sindroma Klinefelter, seorang pria memiliki dua kromosom X dan satu kromosom Y, bukannya satu X dan satu Y. Hal ini menyebabkan pertumbuhan abnormal pada testis sehingga sedikit atau sama sekali tidak memproduksi sperma.
6. Ada atau tidak ada infeksi
Infeksi dapat memengaruhi motilitas (gerak) sperma untuk sementara. Penyakit menular seksual seperti klamidia dan gonore pun sering menyebabkan infertilitas akibat jaringan bekas luka (skar) memblokir jalannya sperma.
7. Ada atau tidak ada antibodi pembunuh sperma
Antibodi yang membunuh atau melemahkan sperma biasanya terbentuk setelah suami menjalani vasektomi. Keberadaan antibodi ini menyulitkan kemungkinan terjadinya kehamilan setelah vasektomi dicabut.
8. Mendeteksi kemungkinan kanker
Kanker testis berpengaruh langsung terhadap kemampuan suami memproduksi dan menyimpan sel sperma. Penyakit ini paling sering terjadi pada pria usia 18 dan 32 tahun. Pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan pasien, mengingat biayanya yang tidak sedikit. Dari sekian banyak pemeriksaan yang ditawarkan, paling tidak ada tiga yang diprioritaskan. Yaitu pemeriksaan yang terkait dengan sperma, saluran telur dan adanya perteluran yang baik.
(Tabloid Nakita)
Editor :
Dini