Jakarta, Kompas - Upaya lebih untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dokter menjadi semakin penting. Belum optimalnya aspek komunikasi dokter dan pasien menjadi salah satu persoalan praktik kedokteran sehingga menimbulkan banyak pengaduan.
Hal itu mengemuka dalam Seminar Forum Komunikasi Rumah Sakit dalam Rangka Pembinaan Praktik Kedokteran yang Baik, di Jakarta, Rabu (29/5). Wakil Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) Sabir Alwy mengatakan, MKDKI menerima 208 pengaduan selama tahun 2006 hingga Mei 2013. Sebanyak 59 persen pengaduan berkaitan dengan masalah komunikasi.
"Permasalahan yang paling banyak diadukan adalah komunikasi, selain soal dokter ingkar janji, penelantaran, pembiayaan, standar pelayanan, dan lainnya. Terkait komunikasi, pasien mengeluh soal dokter yang lebih banyak diam dan tidak memberikan penjelasan, penggunaan istilah kedokteran yang tidak dipahami, hingga miskomunikasi antara dokter dan pasien," ujarnya.
Menurut Sabir, penyampaian informasi yang komunikatif terkait penyakit, tindakan yang akan diambil, serta risiko yang timbul kepada pasien merupakan kewajiban dokter. Untuk itu, mereka harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
Pakar komunikasi dari Universitas Mercu Buana, Leila Mona Ganiem, mengatakan, kebanyakan dokter cenderung mengembangkan kemampuan teknis. Padahal, interaksi sehari-hari terkait tubuh manusia perlu dijelaskan secara detail kepada pasien. Jika tidak, justru akan timbul kecemasan pasien hingga pengaduan. Karena itu, peningkatan kemampuan komunikasi harus mendapatkan porsi lebih.
"Tidak hanya fasilitas, rumah sakit juga perlu secara aktif melihat komunikasi sebagai bagian yang perlu ditingkatkan. Mereka bisa memfasilitasi dokter agar semaksimal mungkin mendapatkan kemampuan itu," ujar Mona.
Ia menambahkan, rumah sakit juga bisa menyediakan ruang khusus atau forum interaksi dokter dan pasien untuk penyampaian informasi dari yang bersifat generik hingga yang berpotensi menimbulkan kecemasan tinggi, misalnya diagnosis penyakit berat.
Dokter dan rumah sakit juga harus menyikapi kondisi di mana mereka saat ini berhadapan dengan masyarakat yang semakin cerdas dan selalu ingin tahu apa yang terjadi dengan tubuhnya seiring dengan perkembangan teknologi.
"Kalau masyarakat sudah semakin cerdas dan berani menyampaikan pandangan serta kekecewaannya, itu seharusnya jadi perhatian dokter dan rumah sakit untuk memperbaiki dirinya," kata Mona. (K12)