KOMPAS.com - Cita Tenun Indonesia (CTI) mengundang dua desainer Indonesia, Ardistia Dwi Asri dan Auguste Soesastro berpartisipasi dalam dua event besar di New York, Amerika Serikat, April lalu, yaitu peragaan busana Trend Report Fall/Winter 2013/2014, dan diskusi panel forum pengkajian fashion "Preserving Asian Cultures" oleh Fashion Institure of Technology.
Dalam kesempatan tersebut, beberapa tokoh mode Amerika mengungkapkan kekagumannya pada koleksi berbahan tenun dari Indonesia. Evie Evangelpu, Global President untuk Fashion 4 Development, mengatakan, "Kreasi kedua desainer yang digandeng oleh CTI telah menunjukkan potensi mode Indonesia yang sangat baik. Dengan kekayaan kain tradisionalnya yang berkualitas luar biasa, kain tenun Indonesia dipastikan mampu memiliki posisi tersendiri di pasar mode dunia."
Sedangkan Margaret Hayes, Presiden Fashion Group Internasional, juga menyatakan pujiannya pada koleksi yang dihadirkan.
"Saat pertama melihat presentasi koleksi tenun oleh CTI, September lalu di New York, kami melihat potensi besar yang layak dihadirkan dalam berbagai presentasi tren kami. Sebagai salah satu pemain utama dalam pasar ritel dunia, Amerika Serikat selalu terbuka bagi berbagai pihak yang mampu menciptakan produk akhir berkualitas tinggi, dan kedua desainer yang sangat mengagumkan ini mampu memenuhi selera pasar mode kami. Kami berharap kolaborasi seperti ini akan terus berlangsung."
Sementara, pemilik rumah mode ternama Natori, yaitu Josie Natori, menyatakan ketertarikannya pada keindahan kain tenun Indonesia untuk digunakan pada koleksinya mendatang.
Ada pun diskusi panel yang dipresentasikan oleh Ardistia Dwi Asri dan Auguste Soesastro di kampus pendidikan fashion terbesar, Fashion Institute of Technology, New York, bukanlah event sembarangan. Diskusi ini dihadiri oleh para peneliti, pendidik dan desainer mode, untuk membahas peran mode dalam melestarikan budaya.
Keikutsertaan CTI dalam pagelaran acara tersebut dapat dikatakan berhasil membawa kain tenun Indonesia ke dunia fashion internasional yang lebih luas, serta digemari oleh masyarakat internasional. Karenanya, hal ini menjadi pacuan bagi CTI untuk lebih memajukan industri mode Tanah Air, khususnya kain tenun tradisional yang telah dikembangkan melalui berbagai pembinaan.
"Kain tenun sudah diwariskan sejak lama, dan merupakan hasil dari pekerjaan tangan. Tenun itu menghasilkan motif di atas kain, di mana tiap daerah mempunyai karakter yang berbeda. Kekayaan warna alami yang dihasilkan dari kain tenun dan motif yang tercipta menarik perhatian mereka (masyarakat internasional), " tambah Okke Hatta Rajasa, Ketua Cita Tenun Indonesia.
Menurut Okke, Amerika Serikat merupakan pasar yang sulit ditembus, namun bila berhasil, perancang akan mampu memberikan dampak global. Karena itulah, pihaknya terus melakukan upaya penjajakan penjualan produk melalui berbagai kesempatan dengan menggandeng mitra desainer yang tepat.
Editor :
Dini