Kompas.com - Kaum wanita memang lebih gampang stres. Berbagai hal bisa menyebabkan tekanan emosional pada diri mereka, mulai dari pekerjaan di kantor, pengasuhan anak, sampai soal penampilan.
Dalam buku The Stresses Sex: Uncovering the Truth about Men, Women, and Mental Health, Jason Freeman, menyebutkan kaum wanita beresiko 40 persen lebih besar untuk mengalami gangguan psikologi.
Freeman yang seorang profesor bidang psikologi itu mengatakan wanita rentan mengalami depresi, gangguan panik, fobia, insomnia, gangguan stres pasca trauma, serta gangguan pola makan.
Ia mengatakan, tuntutan dari lingkungan terhadap kaum wanita juga lebih besar sehingga meningkatkan level stres mereka. "Kesan sempurna diperoleh bila wanita bisa menjaga keluarga, karir, penampilan, bahkan merangkap pencari nafkah," katanya.
Melakukan pekerjaan domestik dianggap kurang bernilai, sementara wanita bekerja juga mendapat upah lebih rendah. Sehingga menurut Freeman sulit bagi wanita untuk mencapai karir yang baik tetapi tetap bisa menjalankan fungsi gandanya.
"Belum lagi mereka dihujani oleh image akan wanita sempurna. Tak heran jika mereka mengalami stres emosional," katanya.
Sementara itu pria lebih bermasalah dalam hal penanganan rasa marah, kecanduan alkohol dan obat terlarang, meski sebagian pria juga menderita depresi.
Bagi negara maju seperti Amerika dan Inggris, stres sebetulnya sudah menjadi hal umum. Tak heran jika stres dianggap sebagai "flu dunia psikiatri" karena banyaknya warga mereka yang menderita kondisi tersebut.
Para pakar percaya, aspek biologis, psikologis, dan lingkungan bisa menjelaskan mengapa stres lebih sering dialami wanita. Pengaruh hormon selama kehamilan dan masa menopuase juga menyebabkan wanita rentan depresi.
Selain itu kaum wanita juga berupaya lebih keras dalam menjaga hubungannya dengan pasangan. Mereka juga tak segan mencari pertolongan profesional jika mengalami gejala depresi, sehingga mereka lebih sering didiagnosis.
Perbedaan gaji antara pria dan wanita, dimana wanita umumnya mendapat upah lebih sedikit dibanding karyawan pria juga kerap menjadi sumber stres.
Penelitian lain yang dilakukan tim dari Universitas Yale memberikan hasil yang hampir sama, para wanita yang menjadi dosen menunjukkan perilaku bias yang sama seperti para pria. Mereka jarang menawarkan pekerjaan pada wanita, khususnya untuk posisi penting dan bergaji tinggi.
"Kondisi tersebut bisa membuat kaum wanita merasa ada yang salah dari diri mereka, mengapa mereka tak bisa sukses, dan sebagainya. Hal itu bisa memicu kecemasan dan depresi," katanya.