KOMPAS.com - Ganja adalah tanaman narkotika yang manfaat dan efek buruknya masih menjadi kontroversi. Di tengah perdebatan baik buruknya ganja bagi kesehatan, penelitian ilmiah mengenai kandungan aktif zat ini terus berkembang.
Salah satu yang terbaru adalah potensi ganja sebagai obat masa depan yang dapat mengembalikan fungsi otak manusia setelah mengalami cedera atau trauma. Sebuah penelitian kecil menggunakan hewan di laboratorium mengindikasikan, ganja memiliki efek neuroprotektif Beberapa riset juga menyebutkan bahwa kandungan aktif dalam ganja diduga dapat melindungi otak dari penyakit degeneratif saraf seperti sklerosis, alzheimer, huntington dan parkinson.
Para ahli dari Adelson Center for Biology of Addictive Diseases di Tel Aviv University Israel mencoba mengeksplorasi khasiat kandungan utama ganja. Mereka berteori bahwa dosis ekstra rendah tetrahydrocannabinol (THC) dapat memicu kerusakan kecil pada otak, yang sebenarnya merupakan upaya 'prekondisi' dalam mengantisipasi kerusakan yang lebih serius akibat beragam penyebab, misalnya karena kekurangan oksigen, terbentur, atau paparan racun dan obat-obatan.
"Dalam kondisi ini, ganja seperti halnya vaksin. Dia melukai sebelum menyediakan pertahanan untuk luka traumatik," kata Dr. Yosef Sarne, salah seorang peneliti.
Pada jurnalnya yang dipublikasikan dalam Behavioural Brain Research dan Experimental Brain Research, Sarne menyuntikkan THC pada tikus. Setiap tikus disuntik THC dengan dosis seribu sampai 10 ribu kali lebih rendah dibanding yang biasa ditemukan. Tikus ini kemudian direkayasa untuk menghadapi trauma pada otak beberapa hari kemudian.
Menurut peneliti, penyuntikan THC dapat merangsang proses biokimia dalam otak. Proses ini melindungi sel dan fungsi kognitif otak. Tikus dengan THC juga menunjukkan memori yang lebih baik dalam tes yang dilakukan 3 sampai 7 minggu setelah mengalami trauma otak. Tikus-tikus ini juga menunjukkan kenaikan kadar zat kimia neuroprotektif yang lebih tinggi dibanding kelompok lain.
Pada tes laboratorium, THC dapat mempengaruhi sinyal antar sel. Sinyal ini mencegah sel dari risiko kematian dan merangsang pertumbuhannya. "Kami yakin dalam prosesnya THC dalam ganja, akan berefek sama pada manusia. Walau begitu, penggunaan ganja pada manusia masih perlu diteliti," kata Sarne.