Jakarta, Kompas - Rumah sakit mata Jakarta Eye Center di Kedoya, Jakarta Barat, mewujudkan angka infeksi pascaoperasi mata nol persen per April 2013. Fasilitas dan kemampuan layanan kesehatan mata di Indonesia bisa melebihi rumah sakit di luar negeri.
Angka infeksi pascaoperasi mata (endophthalmitis) nol persen itu dihitung dari 5.971 pasien operasi intraokular, yang 3.130 orang di antaranya pasien operasi katarak. "Sejak pasien dioperasi sampai setahun setelah operasi, tak satu pun yang kembali ke mengeluhkan adanya infeksi," ujar Direktur RS JEC Kedoya Darwan M Purba di sela-sela The 10th JEC Saturday Seminar: Ocular Infection, Immunology, and Trauma, Sabtu (15/6).
Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat angka endophthalmitis 0,21 persen (tahun 1994-2001), Australia 0,17 persen (1980-2000), Inggris 0,14 persen (1999-2000), dan Singapura 0,07 persen (2001). Adapun di India selama 2002-2004 angka endophthalmitis masih 0,05 persen.
Direktur JEC Menteng Donny V Istiantoro mengatakan, kerap ada penilaian berobat mata di Indonesia tak aman dan risiko terkena infeksi pasca-tindakan besar. Di JEC Kedoya, tak satu pun pasien kembali dan mengeluhkan infeksi pascaoperasi.
Endophthalmitis disebabkan multifaktor. Keterampilan dokter, perawat, kesterilan alat medis, obat yang dikonsumsi, dan kebiasaan pasien memengaruhi infeksi. "Makin singkat dokter mengoperasi, maka risiko infeksi makin sedikit," kata Donny.
Kunci keberhasilan endophthalmitis, kata Darwan, kombinasi kompetensi dokter, perawat, fasilitas pengobatan yang bagus,, dan prosedur operasi yang ketat. Perawat di JEC wajib mengantongi sertifikat mid level ophthalmic personnel (MLOP). Ruang operasi pun memenuhi standar kamar bedah yang steril dengan menerapkan tekanan ruangan positif. Di samping fakoemulsifikasi, JEC juga menerapkan teknik bedah katarak tanpa pisau yang lebih aman, akurat, dan presisi.
Dokter spesialis mata asal Yogyakarta, peserta The 10th JEC Saturday Seminar, Cipto Hadi Nugroho, mengatakan, teknologi bedah mata terus berkembang. Di kota besar, penggunaan teknologi bedah mata termutakhir jadi tuntutan publik. Namun, di daerah dengan daya beli masyarakatnya terbatas, teknologi fakoemulsifikasi cukup. Yang penting juga, pemerataan dokter spesialis mata dan standar operasional operasi ditaati. (ADH)