KOMPAS.com - Pemeriksaan kehamilan penting bagi ibu untuk menyelamatkannya dari berbagai risiko. Karenanya ibu hamil perlu rutin memeriksakan kehamilan dengan tatap muka bersama dokter lewat konsultasi langsung. Namun belakangan semakin banyak bermunculan akun Twitter dokter yang melayani "konsultasi" seputar kehamilan.
Merespons fenomena ini, salah satu pendiri gerakan Selamatkan Ibu, dr Sophia Hage mengatakan mencari informasi di Twitter tak bisa menggantikan konsultasi langsung ke dokter. Saat konsultasi langsung, ada unsur edukasi, terapi, diagnosa dan pengobatan. Diagnosa dan pengobatan ini yang tidak bisa dilakukan lewat Twitter karena tidak ada pemeriksaan langsung.
"Konsultasi langsung tidak bisa digantikan dengan kata-kata yang terbatas 140 karakter di Twitter, selain tidak adanya pemeriksaan fisik yang penting untuk mendiagnosa," jelasnya di sela peluncuran gerakan Dayakan Indonesia di Jakarta.
Bertanya dengan dokter lewat Twitter sebatas mencari informasi awal. "Sebagai edukasi, Twitter bisa dioptimalkan. Setidaknya kita bisa tahu apa yang harus dilakukan pertama kali," ungkap dr Sophia.
Ia menambahkan, diagnosa dan pengobatan tak bisa dilakukan dokter lewat Twitter. Memberi resep dengan menyebutkan merek obat tertentu juga tak boleh dilakukan lewat media sosial.
Meski begitu, dr Sophia mengakui, komunikasi lewat Twitter dengan tenaga medis tetap berguna. Namun jangan puas melakukan konsultasi kesehatan lewat media sosial. Apalagi hanya mengandalkan informasi di Twitter untuk membuat keputusan atau tindakan terkait kehamilan.
Editor :
wawa