JAKARTA, KOMPAS - Tim dokter Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta memisahkan bayi laki-laki kembar dempet perut asal Semarang, Jawa Tengah, berinisial An dan Av. Keduanya merupakan bayi termuda dengan kelainan jantung yang dioperasi di RSCM.
Ketua Tim Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia- RSCM Bambang Supriyatno yang juga Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak dalam jumpa pers, Rabu (5/6), di Jakarta, mengatakan, An dan Av yang lahir 7 April dirujuk ke RSCM pada 16 April. Tim dokter gabungan dari divisi bedah anak serta bedah jantung kemudian memutuskan melakukan tindakan cepat berupa operasi pemisahan bayi laki-laki dari pasangan S (22) dan N (38) itu.
Lazimnya operasi pemisahan bayi kembar siam dilakukan minimal pada usia 6 bulan, tetapi An dan Av mulai dioperasi pada usia 12 hari, yaitu pada 19 April. Menurut Bambang, operasi pemisahan harus dilakukan karena bayi Av teridentifikasi memiliki kelainan bawaan jantung, yaitu tertukarnya pembuluh arteri jantung. Kondisi ini mengakibatkan darah kotor terpompa kembali ke jantung dan mengancam nyawa.
Kedua bayi kembar dempet itu juga diketahui memiliki satu hati. Selain kelainan jantung serta jaringan hati, kedua bayi masing-masing memiliki organ vital lengkap.
Pada 19 April, tim dokter mengatasi gangguan jantung Av. Operasi pemisahan, kata dokter ahli bedah anak Sastiono, dilakukan pada 22 April, setelah kondisi kedua bayi stabil.
Bayi yang masing-masing berbobot 2,9 kilogram ini mengalami perdarahan pada hati sehingga harus dibawa ke Ruang Intensif Perinatologi RSCM. Pada 8 Mei, dalam usia hampir sebulan, operasi dilanjutkan dengan penukaran pembuluh arteri dan penutupan lubang pada dinding yang memisahkan serambi jantung kanan kiri (atrial septal defect/ASD) bayi Av yang dipimpin Yusuf Rachmat dari Divisi Bedah Thorak Kardiovaskuler FKUI-RSCM.
Kedua bayi dibawa pulang orangtuanya pada 13 Mei. "Dari hasil kontrol 3 Juni, kesehatan bayi (Av) baik. Berat badannya naik jadi 3,2 kg," ujar Bambang. Seluruh biaya operasi sebesar Rp 300 juta ditanggung swadaya oleh orangtua bayi yang enggan diungkapkan identitasnya.
Sastiono menambahkan, dalam setahun, RSCM menangani 3-5 kasus bayi kembar dempet. Menurut Mulyadi M Djer, ahli jantung anak RSCM, pihaknya pernah menangani kasus bayi kembar dempet dengan kelainan jantung dua tahun silam.
Menurut Mulyadi, 90 persen faktor penyebab kelainan jantung pada bayi masih menjadi misteri. "Adapun, 3 persen akibat rokok, entah ibunya perokok aktif atau pasif, dan 7 persen lain akibat penyakit turunan," ujarnya.
Kelainan pada organ vital bayi, khususnya jantung, umumnya terjadi saat janin berumur 2-3 bulan. Ibu hamil dianjurkan menghindari asap rokok, obat- obatan tanpa resep, termasuk jamu. "Sebaiknya ibu hamil memperbanyak asupan zat besi dan vitamin B," ujarnya. (JON)